بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

Jumat, 14 September 2012

Pesan Borobudur Untuk Umat Manusia



بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ


Para jin membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada diatas tungku). Bekerjalah hai keluarga daud untuk bersyukur ( kepada Allah ). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba Ku yang berterima kasih. (Qs.saba':13)

Dengan berdasar pada ayat diatas hal ini memungkinkan bahwa candi borobudur adalah peninggalan Nabi Sulaiman yang dibuat dengan memerintahkan para jin.

Dalam kajian kali saya ingin berbagi informasi pengetahuan, Informasi ini tidak memliki maksud dalam hal yang lain, kecuali hanya untuk berbagi  pengetahuan.
saya menemukan suatu pembelajaran dari Candi Borobudur yang dijadikan penggambaran konsep kehidupan bagi masyarakat Jawa masa lalu.

Candi Borobudur terdiri dari 10 tingkat. Tetapi, 10 tingkat tadi dibuat menjadi 4 tingkat atau tangga kehidupan Tangga paling bawah adalah "kamadhatu" yang merupakan dunianya keinginan dari manusia. Pada tahap ini "zat hidup" manusia ingin hidup berwujud di bumi ini; ingin menemukan "awak", sarira, atau yang kita sebut badan untuk memujudkan keinginannya.

Tangga berikutnya adalah "rupadhatu" yang merupakan ujud lahiriah atau keberadaan lahiriah. Zat hidup atau badan telah menemukan keberadaannya di bumi ini. Ia mengekspresikan dirinya dalam pergaulan hidup. Di dunia ini manusia berbuat, beramal dan bertindak untuk meraih tingkat hidup yang lebih tinggi. Tetapi, alam ini diliputi kegelapan. kita tidak tahu jalan menuju tangga berikutnya.

 Karena itu, pada alam ini manusia dituntut untuk mengendalikan keinginannya. karena badan kita sedang mengalami proses datangnya kematian.

 Manusia itu sebenarnya "born to die" dilahirkan untuk menghadapi kematian. kita makan dan minum setiap hari sebenarnya bukan untuk hidup. tetapi, hanya untuk menunda kematian. begitu kita lahir ke dunia ini, proses kematian itu sendiri terus berjalan.

Ada lima lorong dalam "rupadhatu". lorong kelima merupakan lorong peralihan. menurut informasi salah seorang dari narasumber , dan yang tidak mau disebutkan namanya ,
kelima itu melambangkan ;
Kama adalah kesengan sesual.
Bandha adalah kesenangan terhadap harta dan benda.
Kwasa adalah keinginan manusia berkuasa.
Puja adalah sifat manusia yang ingin dipuja, dipuji dan dihormati.
Anteng atau tenang, merupakan langkah manusia pada tahap awal untuk bisa menguasai dirinya. ini merupakan langkah untuk ke tangga "arupadhatu".

Arupadhatu adalah alam tanpa wujud. Jika kita mampu mengendalikan hidup kita, maka kita bisa menemukan jalan bagi kehidupan sesudahnya.

Kita memang masih hidup di dunia, tetapi kita telah ada di "alam tanpa angan-angan", alam tanpa nilai, alam apa adanya.

Manusia berkarya tanpa pamrih. Manusia sudah melepaskan diri dari kepentingannya sendiri atau kelompoknya.

Dalam keberadaan arupadhatu, manusia berusaha membebaskan dirinya dari tiga jeratan keinginannya, yaitu :Keinginan lahiriah yang lahir dari tuntutan badan jasmani.Keinginan pikiran yang lahir dari tuntutan non materi yang bersifat abstrak.Keingingan rohani atau spiritual yang lahir dari sebuah cita-cita atau obsesi hidup ini.

Pelataran arupadhatu ini juga merupakan simbol bagi rasa, cipta dan karsa. Laku anteng merupakan tangga transisi peralihan.

 Hidup begitu menetes pada daging, tulang dan otot, punya untuk merespons atau memberikan tanggapan terhadap lingkungannya. 

 Daya rasa tumbuh dalam badan jasmasni. Kemudian manusia mencoba mengerti, memahami hal-hal yang ia tangkap.

Ada cipta di dalam diri manusia. Manusia mencoba mengetahui objek-objek yang ada disekitarnya. Bukan hanya tahu namanya, tetapi juga hubungan satu dengan yang lainnya. Ia ingin tahu kegunaannya. 


Kemudian daya hidup ini berkembang, dan lahirlah karsa.Ada karsa yang merupakan kehendak dalam diri manusia. pada kondisi tertentu rasa, cipta dan karsa ini dapat ,membelenggu manusia. 

Sehingga manusia hanya tertawan oleh khayalannya sendiri. oleh fantasi dan imajinasinya sendiri. 

 Patung-patung yang dikerangkeng dalam stupa bila diejawantahkan merupakan penggambaran Tingkatan jiwa spiritual Manusia. 

 Dalam tahap tersebut diatas, manusia berusaha nglakoni atau menjalankan hidup heneng, hening, dan antheng. 

Heneng, diam meruakan usaha manusia untuk tidak menimbulkan riak kenegatifan dalam hidup. Kemudian pikirannya menjadi jernih, bening penuh dengan hikmat.

Lalu, ia mantheng, khusyuk hidupnya, menjadi rahmat, kasih-sayang bagi segala yang ada di sekelilingnya.

Dalam hal spiritual Islam, inilah yang dinamakan jiwa mutmainah. Jiwa yang keberadaannya di alam mental, alam transisi antara dunia astral dan spiritual. jiwa ini sudah bebas dari ikatan ruang dan waktu.

 Allah SWT Tuhan Yang Satu, yang meliputi segalanya . inilah tuhan yang menjadi samudra bagi pulangnya "zat hidup" (Tiada tuhan selain-Nya) . Jika manusia dapat membebaskan dirinya dari segala angan-angan dalam menapaki kehidupan nyata, maka dialah yang berhak memasuki "nirupadhatu".  Di alam inilah manusia akan menemukan kelanggengan kekekalan dirinya. ia masuk ke dalam alam "suryaruri"

 Suryaruri merupakan alam surgawi. Alam kebahagiaan yang bebas dari segala bentuk, baik yang pernah dilihat maupun yang diangankan.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar