بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

Minggu, 17 Juni 2012

Pikirkan Apa Yang Sedang, Akan dan Yang Telah Terjadi



Kita semua butuh bantuan Ilahiah. Kita telah sampai pada suatu waktu dimana manusia seharusnya berpikir apa yang telah, sedang dan yang akan terjadi. Ada sebuah lagu dalam bahasa Turki : Ey yolcu biraz dinle beni, kervan geciyor, sen kalma geri. Wahai para pencari, dengarkan aku. Kafilah segera lewat, jangan sampai ketinggalan. Lagu ini dibuat dengan rasa akan surgawi. Ada lagu-lagu yang bertemakan duniawi dan ada yang bertemakan spiritual.


Kalian bisa lihat sekarang ini 100% atau paling tidak 99% lagu-lagu bertemakan materialisme dan mereka semua menikmatinya. Kaum muda saat ini tertarik dengan apa ? Musik pop, yang bertemakan tubuh-tubuh fisik, tak ada yang lain. Tema yang kedua adalah tentang rohani kita dan mungkin hanya 1% atau kurang, atau ¼% kita jumpai orang-orang yang tertarik akan spiritualitas dan lagu-lagunya.


Bagi semua agama, dari awal sampai akhir, musik untuk kepentingan fisik adalah hal terlarang, tak diragukan lagi. Kenapa ? Karena lagu-lagu materialisme mencabut diri kita dari spiritualitas dan menenggelamkan kita pada kegelapan. Musik-musik seperti itu dilarang, bagaimanapun juga. Segala sesuatu yang menarik manusia dari spiritualitas adalah terlarang. Itulah aturan pokoknya, alasan nyata dari segala sesuatu yang dilarang adalah karena hal itu mencabut diri kita dari Tuhan. Dan hal itu tidak akan pernah berubah dari manusia pertama, nabi pertama sampai terakhir. Ada sabda dari Rasulullah, Nabi penutup saw ; ‘Ad-dunya ma’ulatun’, – Dunia itu dilaknat. Kenapa ? Karena dunia memenuhi pikiran hamba-hamba Tuhan dan menjauhkan mereka dari pengabdian pada Ilahi dan memperbudaknya.


Itulah poin utama yang harus dikenal, tidak boleh ada keberatan sekarang, sebelum dan setelahnya. Dari timur sampai barat, Kristen, Yahudi dan Muslimin. Jika Nabi mengatakan bahwa dunia itu dikutuk, maka semua yang ada didalamnya juga dikutuk, karena menjauhkan hamba-hamba dari tujuan utama mereka dalam eksistensi. Tujuan utama Allah menciptakan kalian, wahai manusia ! adalah untuk pengabdian, pelayanan Ilahiah. Jika kalian menjauhi hal itu, maka kutukan akan menimpa kalian.


Lewat segala aktifitas dan perilaku manusia, ada yang di ridhai dan ada yang dikutuk – tak ada kemungkinan yang lain. Keseimbangan itu tidak pernah berubah. Seratus Paus, seribu uskup tak bisa berkata-kata. Mereka harus berpikir tentang misi Muhammad saw.
Apa tugas beliau ? Mereka harusnya berpikir seperti ini : kemanakah Nabi mengajak umatnya ? Quran Karim adalah saksinya, dikatakan : ‘Wa Allahu jadau ila Dar-us-Salaam.’ Nabi Penutup mengajak orang-orang menuju surga yang abadi, menuju Allah. Tidak ada agama asli yang berdiri melawan Islam, Islam yang asli yang dibawa oleh Nabi. Beliau bersabda : “Aku memanggilmu untuk kembali pada Allah.” – beliau juga mengatakan : “Dunya itu dilaknat.”


Dunya tak akan pernah meninggalkan manusia dalam pelayanan pada Tuhannya, namun dunia meminta manusia untuk menjadi hamba dan bahkan budaknya. Manusia seharusnya menjadi hamba Tuhan, karena penghambaan memberi kehormatan pada manusia. Tuhan tidak pernah mengatakan : budak-Ku, karena budak bukanlah status yang terhormat. Budak tidak punya nilai dalam suatu masyarakat, bisa di jual ataupun di bunuh. Walaupun 1% tak ada penghormatan bagi budak, tingkatan terendah bagi manusia.


Penting untuk berpikir akan hal ini : Apa yang sedang saya lakukan ? Siapa saya ini ? Dan ada dua bendera yang berkibar ; satu bendera suci milik Tuhan Surgawi, dan yang kedua milik kerajaan setan. Kalian dipersilakan memilih antara dua bendera itu, dibawah bendera yang mana saya ini ?


Wahai manusia, saya memulai dengan nasehat bertema lain namun mereka membawaku ke tema ini, dan ini amat penting. Sangat penting untuk dikenal oleh berbagai bangsa, sebagaimana misi utama umat manusia di bumi ini adalah untuk menjadi sangat terkenal. Laki-laki dan wanita pertama yang mendarat di bumi ini juga punya misi utama, begitu pula setan yang mendarat di bumi. Adam telah diampuni dan diberkahi namun setan tidak memohon ampun, sehingga dia di kutuk. Setan turun ke bumi bersamaan dengan Adam, namun setan membawa sifat-sifat buruknya.


Sekarang tiba peperangan melawan agama-agama, perang antara kerajaan setan dan kerajaan surgawi. Dan kita telah diminta bantuan demi kerajaan surgawi. Yang pasti Allah swt akan mendukung mereka yang mendukung kerajaan surgawi. Bahkan bila hamba-hamba kerajaan surgawi tidak punya bekal apapun dan sebaliknya pendukung kerajaan setan memiliki segala kemungkinan dan bergantung pada tehnologi, hal itu tak berarti apa-apa, semua akan menjadi debu. Dan kita sekarang sedang menuju saat itu.


Wahai kaum beriman, datanglah untuk mendukung kerajaan surga ! Sebenarnya kerajaan surga tidak membutuhkan dukungan kalian, namun kalianlah yang membutuhkan mereka. Dan bila kalian mendukungnya, maka Allah akan mendukung kalian.
DIA tidak butuh apapun dari hamba-hamba-Nya, namun dengan kehormatan dan perlindungan, ampunan dan barokah akan menyertai kalian. Karena niat kalian menjadikan kerajaan surga naik, maka kalian akan di tingkatkan pula. Siapapun yang menginginkan kerajaan surgawi ambruk, maka mereka sendiri akan turun dan semakin ambruk selamanya.
Semoga Allah mengampuni kita, Engkaulah Sultan Abadi. Tingkatkan kehormatan Nabi terkasih-Mu saw dalam kehormatan abadi. Fatiha.

Doa 40 Rabbana


Terdapat 40 amalan doa yang diawali dengan "Rabbana" (Ya Tuhanku). Sangat baik untuk doa sehari2 setelah sholat fardhu. Membaca versi bahasa Indonesianya saja tidak masalah, supaya lebih khusyuk. Lebih bagus lagi bila dihapalkan.


  1. Ya Tuhan kami, terimalah amalan kami, sesungguhnya Engkau Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. (2:127)
  2. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang berserah diri kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (2:128)
  3. Ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan selamatkanlah kami dari azab api neraka. (2:201)
  4. Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami dan kukuhkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir. (2:250)
  5. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. (2:286)
  6. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. (2:286)
  7. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Berilah maaf kepada kami dan ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkau penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. (2:286)
  8. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami dan kurniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, kerana sesunggunya Engkau Maha Pemberi (kurnia). (3:8)
  9. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan) pada hari yang tak ada keraguan padanya, sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji. (3:9)
  10. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka. (3:16)
  11. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan kami telah mengikuti Rasul, maka masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah). (3:53)
  12. Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami, tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. (3:147)
  13. Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka. (3:191)
  14. Ya Tuhan kami! Sesungguhnya siapa yang Engkau masukkan kedalam neraka, sesungguhnya dia telah Engkau hinakan, dan tidak ada penolong bagi orang-orang yang aniaya. (3:192)
  15. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar seruan yang menyeru kepada iman, yaitu, ‘Berimanlah kamu kepada Tuhanmu.’ Maka kami pun beriman. (3:193)
  16. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami bersama-sama orang yang berbuat baik. (3:193)
  17. Ya Tuhan kami, berilah kepada kami apa yang telah Engkaujanjikan kepada kami dengan perantaraan Rasul-Rasul-Mu; dan janganlah Engkau hinakan kami pada hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji. (3:194)
  18. Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi. (5:83)
  19. Ya Tuhan kami, turunkanlah kepada kami suatu hidangan dari langit yang akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang dating sesudah kami dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu dan berilah kami rezeki, Engkaulah sebaik-baik pemberi rezeki. (5:114)
  20. Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, pastilah kami termasuk orang-orang yang rugi. (7:23)
  21. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami bersama orang-orang yang zalim. (7:47)
  22. Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan haq, dan Engkau adalah sebaik-baik pemberi keputusan. (7:89)
  23. Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri. (7:126)
  24. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah kaum yang zalim dan selamatkanlah kami dengan rahmatMu dari (tipu daya) orang-orang kafir. (10:85-86)
  25. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami nampakkan dan tidak ada sesuatu apapun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun di langit. (14:38)
  26. Ya Tuhan kami, terimalah doa kami. (14:40)
  27. Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua orang tuaku dan seluruh orang-orang yang beriman pada hari terjadinya hisab (hari kiamat). (14:41)
  28. Ya Tuhan kami, berilah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan ini. (18:10)
  29. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami khuatir bahawa dia akan menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas. (20:45)
  30. Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat. Sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. (23:109)
  31. Ya Tuhan kami, jauhkanlah azab Jahanam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal. (25:65-66)
  32. Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyayang hati (kami) dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa. (25:74)
  33. Sesungguhnya Tuhan kami, Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. (35:34)
  34. Ya Tuhan kami, segala sesuatu berada di dalam rahmat-Mu dan pengetahuan-Mu, maka ampunilah orang-orang yang bertaubat dan yang mengikuti jalan-Mu dan jauhkanlah mereka dari azab neraka Jahim. (40:7)
  35. Ya Tuhan kami, masukkanlah mereka ke dalam syurga Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka; begitu juga orang-orang yang soleh dari bapa-bapa mereka dan isteri-isteri mereka dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkau Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Dan peliharalah mereka (dari) perkara-perkara buruk, dan orang-orang yang Engkau pelihara dari keburukan pada hari itu, maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar. (40:8-9)
  36. Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. (59:10)
  37. Ya Tuhan kami, sesunggunya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang. (59:10)
  38. Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali. (60:4)
  39. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang kafir; dan ampunilah kami, ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkau Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (60:5)
  40. Ya Tuhan kami, sempurnakanlah nur bagi kami dan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha Berkuasa atas segala sesuatu. (66:8)
untuk versi arab anda bisa download di

Rahasia Serat Dewa Ruci



 Cerita Dewa Ruci diduga -menurut Prof. Dr. RM. Ng Purbotjaroko dan Dr. Stutterheim- ditulis kira-kira pada masa peralihan agama, atau pada awal tersebarnya Islam di Tanah Jawa. Cerita aslinya, yang dianggap Babon-nya, dinisbahkan kepada Mpu Ciwamurti. Tetapi naskah-naskah kemudian dihubungkan kepada Ajisaka, yang konon menjadi murid Maulana Ngusman Ngali, seorang penyebar agama Islam. Pada tangan Sunan Bonang, Serat Dewa Ruci yang asli itu diterjemahkan dari Bahasa Kawi ke dalam bahasa Jawa Modern. Terjemahan ini tersimpan di perpustakaan pribadi R.Ng.Ronggowarsito.
Orang hanya dapat memahami Dewa Ruci bila ia memiliki latar belakang ilmu tasawuf, dengan merujuk paling tidak pada karya-karya Al-Ghazali dan Ibn Arabi. Walaupun Prof. Dr. Ng. Purbotjaroko mengatakan bahwa nilai sastra dewa Ruci itu tidak besar dan nilainya sebagai buku tasawuf juga tidak begitu penting, bagi kebanyakan orang Jawa, terutama “angkatan tua”,  ia dianggap sebagai sumber pokok ajaran Kejawen, sebagai rujukan untuk “ilmu kasampurnan” .

Dalam Cerita Dewa Ruci, sebenarnya tasawuf disampaikan dengan menggunakan “bahasa” orang Jawa. Secara hermeneutik, jika kita membaca Cerita Dewa Ruci dengan Vorverstandnis (preunderstanding) sastra modern, kita akan mengatakannya seperti Prof. Dr. Ng. Purbotjaroko.Tetapi bila preunderstanding kita itu dilandasi pada literatur sufi,
kita akan melihatnya sangat sufistik.Sudah lazim dalam literatur sufi, para sufi mengajar lewat ceritra. Cerita itu diambil dari khazanah budaya bangsa yang dihadapi para sufi itu.
Lihatlah, bagaimana Sa’di, Rumi, dan Hafez mengambil banyak cerita dari khazanah Persia untuk mengajarkan tasawuf.
R. Ng. Ronggowarsito, yang sempat mengakses Dewa Ruci itu di perpustakaannya, sering merujuk kepadanya dan sangat terpengaruh olehnya pada karya-karya sufistiknya.Sebagai misal, dalam Suluk Suksma Lelana, dikisahkan seorang santri yang bernama Suksma Lelana.Ia melakukan perjalanan panjang untuk mencari ilmu sangkan paran kepada seorang guru kebatinan yang bernama Syekh Iman Suci di arga (bukit) Sinai.Ia mengalami berbagai cobaan. Ia berhadapan dengan putri Raja Kajiman bernama Dewi Sufiyah, dengan dua orang pembantunya: Ardaruntik dan Drembabhukti.
Menurut Dr Simuh, ketiga makhluk ini melambangkan tiga macam nafsu:
Sufiyah, Amarah, dan Lawwamah. Para penafsir Dewa Ruci juga menyebut gua di Candramuka dengan dua raksasa di sana sebagai tiga macam nafsu. Ada juga yang menyebut Bhima dengan empat saudaranya (saderek gangsal manunggil bayu), sebagai perjuangan diri kita melawan empat nafsu – Lawwamah, Amarah, Sufiyah, dan Mutmainnah.
Kisah pencarian air kehidupan bukan hanya ada di Jawa.
Kisah ini bahkan bisa dilacak sampai setua kebudayaan Mesopotamia, pada bangsa Sumeria.Di kota kuno Uruk bertahta Raja yang sangat perkasa, Gilgamesh.
Ia tidak pernah mengalami kekecewaan kecuali ketika sahabatnya yang sangat dicintainya, Enkidu, meninggal dunia.”Seperti singa betina yang ditinggal mati anak-anak bayinya, sang raja mondar-mandir di dekat ranjang kawannya, meremas-remas rambutnya sendiri, minta anak buahnya membuat patung kawannya dan meraung-meraung dengan keras,” begitu tertulis dalam 12 bilah papan yang dikumpulkan dari fragmen Akkadia, kira-kira 1750 SM.
“Aduhai, biarlah aku tidak mati seperti sahabatku Enkidu. Derita telah merasuki tubuhku. Mati aku takut. Aku akan terus berjalan. Aku tidak akan mundur,” kata Gilgamesh sambil meneruskan perjalanannya mencari tanaman yang akan melepaskannya dari kematian dan mengantarkannya kepada keabadian. Hampir seperti Dewa Ruci, ia menempuh perjalanan yang berat dan berbahaya. Ia berhadapan dengan singa-singa yang buas, yang dapat ia hindari berkat bantuan Dewa Bulan. Ia pergi ke gunung di tempat mentari tenggelam. Kepadanya diperlihatkan kematian. Ia berjumpa dengan manusia kalajengking yang menjaga gua. Seorang di antaranya membukakan pintu gua. Gilgamesh dilemparkan ke dalam kegelapan. Habis gelap terbitlah terang. Ia sampai ke taman yang indah dan di tepi pantai ia berjumpa dengan putri yang misterius, Siduri. Sang putri melarangnya meneruskan perjalanan:
O Gilgamesh, whither do you fare?
The life you seek, you will not find
When the gods created man,
They apportioned death to mankind;
And retained life to themselves
O Gilgamesh, fill your belly,
Make merry, day and night;
Make of each day a festival of joy,
Dance and play, day and night!
Let your raiment be kept clean,
Your head washed, body bathed,
Pay heed to the little one, holding onto your hand,
Let your wife delighted your heart,
For in this is the portion of man
Tetapi Gilgamesh tidak ingin berkutat pada “the portion of man”.Ia ingin mencari jauh di luar itu. Ia ingin abadi.Putri itu mengantarkannya kepada tukang perahu kematian, yang pada
gilirannya mengantarkannya ke lautan kosmis.Di situ ia berjumpa dengan Untuk-napishtim, yang hidup abadi bersama isterinya.Ia diberitahu bahwa tanaman keabadian itu terletak di dasar samudra kosmis.Ia harus memetiknya. Pohonnya berduri yang sangat tajam.Tak pernah orang datang untuk memetik tanaman itu, kembali ke pantai dalam keadaan selamat.Jika durinya mengenai tangan, tangan akan segera terpotong; tetapi bila tangan itu berhasil mencabutnya, ia akan hidup abadi.Singkatnya cerita, Gilgamesh berhasil memetiknya, membawanya ke pantai,
dan -ketika ia beristirahat mandi sejenak- ular mencuri tanaman itu.
Gilgamesh tidak bisa berusia panjang, tetapi ular bisa .
Lalu, lebih kemudian dari kebudayaan Sumeria, adalah kisah kepahlawanan Aleksander yang Agung dari Masedonia.Setelah berbagai penaklukannya yang menakjubkan, ia juga ingin mencari
air kehidupan, yang akan memberikannya keabadian.Aleksander menempuh perjalanan panjang bersama tukang masaknya yang bernama Andreas.Setelah berkelana bertahun-tahun, akhirnya keduanya memutuskan untuk mengambil jalan terpisah.Pada suatu tempat, di tepi sungai, Andreas berhenti untuk makan.Ia membuka bakul makanan, yang di dalamnya sudah disimpan ikan yang sudah dimasak.Tiba-tiba sepercik air mengenai ikan itu. Ikan melompat ke sungai.Andreas mengejar ikan itu dan akhirnya kecebur dalam air keabadian.
Filosofi Dewa Ruci
Kiranya perlu dipahami bahwa tujuan hakiki dari kejawen adalah berusaha mendapatkan ilmu sejati untuk mencapai hidup sejati, dan berada dalam keadaan harmonis hubungan antara kawula (manusia)dan Gusti (Pencipta) (manunggaling kawula Gusti )/ pendekatan kepada Yang Maha Kuasa secara total.
Keadaan spiritual ini bisa dicapai oleh setiap orang yang percaya kepada Sang Pencipta, yang mempunyai moral yang baik, bersih dan jujur. beberapa laku harus dipraktekkan dengan kesadaran dan ketetapan hati yang mantap.Pencari dan penghayat ilmu sejati diwajibkan untuk melakukan sesuatu yang berguna bagi semua orang serta melalui kebersihan hati dan tindakannya. Cipta, rasa, karsa dan karya harus baik, benar, suci dan ditujukan untuk mamayu hayuning bawono. Kejawen merupakan aset dari orang Jawa tradisional yang berusaha memahami dan mencari makna dan hakekat hidup yang mengandung nilai-nilai spiritual yang tinggi.
Tindakan tersebut dibagi tiga bagian yaitu tindakan simbolis dalam religi, tindakan simbolis dalam tradisi dan tindakan simbolis dalam seni. Tindakan simbolis dalam religi, adalah contoh kebiasaan orang Jawa yang percaya bahwa Tuhan adalah zat yang tidak mampu dijangkau oleh pikiran manusia, karenanya harus di simbolkan agar dapat di akui keberadaannya misalnya dengan menyebut Tuhan dengan Gusti Ingkang Murbheng Dumadi, Gusti Ingkang Maha Kuaos, dan sebagainya. Tindakan simbolis dalam tradisi dimisalkan dengan adanya tradisi upacara kematian yaitu medoakan orang yang meninggal pada tiga hari, tujuh hari, empatpuluh hari, seratus hari, satu tahun, dua tahun ,tiga tahun, dan seribu harinya setelah seseorang meninggal ( tahlilan ). Dan tindakan simbolis dalam seni dicontohkan dengan berbagai macam warna yang terlukis pada wajah wayang kulit; warna ini menggambarkan karakter dari masing-masing tokoh dalam wayang.
Perkembangan budaya jawa yang mulai tergilas oleh perkembangan teknologi yang mempengaruhi pola pikir dan tindakan orang jawa dalam kehidupan. Maka orang mulai berfikir bagaimana bisa membuktikan hal gaib secara empiris tersebut dengan menggunakan berbagai macam metode tanpa mengindahkan unsur kesakralan. Bahkan terkadang kepercayaan itu kehilangan unsur kesakralannya karena dijadikan sebagai obyek exploitasi dan penelitian.
Kebiasaan orang Jawa yang percaya bahwa segala sesuatu adalah simbol dari hakikat kehidupan, seperti syarat sebuah rumah harus memiliki empat buah soko guru (tiang penyangga) yang melambangkan empat unsur alam yaitu tanah, air, api, dan udara, yang ke empatnya dipercaya akan memperkuat rumah baik secara fisik dan mental penghuni rumah tersebut. Namun dengan adanya teknologi konstruksi yang semakin maju, keberadaan soko guru itu tidak lagi menjadi syarat pembangunan rumah.Dengan analisa tersebut dapat diperkirakan bagaimana nantinya faham simbolisme akan bergeser dari budaya jawa. Tapi bahwa simbolisme tidak akan terpengaruh oleh kehidupan manusia tapi kehidupan manusialah yang tergantung pada simbolisme. Dan sampai kapanpun simbolisme akan terus berkembang mengikuti berputarnya cakra panggilingan.
Orang Jawa menganggap cerita wayang merupakan cermin dari pada kehidupannya.
Dewa Ruci yang merupakan cerita asli wayang Jawa memberikan gambaran yang jelas mengenai hubungan harmonis antara Kawula dan Gusti, yang diperagakan oleh Bima atau Aria Werkudara dan Dewa Ruci.Dalam bentuk kakawin (tembang) oleh Pujangga Surakarta,Yosodipuro berjudul:”Serat Dewaruci Kidung” yang disampaikan dalam bentuk macapat, berbahasa halus dan sesuai rumus-rumus tembang, dengan bahasa Kawi, Sanskerta dan Jawa Kuna.
Intisari cerita tersebut yaitu bahwa pihak kaum Kurawa dengan dinegeri Amarta, ingin menjerumuskan pihak Pandawa dinegeri Astina,(yang sebenarnya adalah:bersaudara) ke dalam kesengsaraan, melalui perantaraan guru Durna. Sena yang juga adalah murid guru Durno diberikan ajaran: bahwa dalam mencapai kesempurnaan demi kesucian badan ,Sena diharuskan mengikuti perintah sang Guru untuk mencari air suci penghidupan ke hutan Tibrasara. Sena mengikuti perintah gurunya dan yakin tidak mungkin teritipu dan terbunuh oleh anjuran Gurunya, dan tetap berniat pergi mengikuti perintah sang Guru,walaupun sebenarnya ada niat sang Guru Durno untuk mencelakaannya.
Diceritakan Pada saat di negeri Amarta ,Prabu Suyudana/raja Mandaraka/prabu Salya sedang rapat membahas bagaimana caranya Pandawa dapat ditipu secara halus agar musnah, sebelum terjadinya perang Baratayuda, bersama dengan Resi Druna, Adipati Karna, Raden Suwirya, Raden Jayasusena, Raden Rikadurjaya, Adipati dari Sindusena, Jayajatra, Patih Sengkuni, Bisma, Dursasana, dan lain-lainnya termasuk para sentana/pembesar andalan lainnya.
Kemudian Durna memberi petunjuk kepada Sena, bahwa jika ia telah menemukan air suci itu ,maka akan berarti dirinya mencapai kesempurnaan, menonjol diantara sesama makhluk,dilindungi ayah-ibu, mulia, berada dalam triloka,akan hidup kekal adanya. Selanjutnya dikatakan, bahwa letak air suci ada di hutan Tibrasara, dibawah Gandawedana, di gunung Candramuka, di dalam gua. Kemudian setelah ia mohon pamit kepada Druna dan prabu Suyudana, lalu keluar dari istana, untuk mohon pamit, mereka semua tersenyum, membayangkan Sena berhasil ditipu dan akan hancur lebur melawan dua raksasa yang tinggal di gua itu, sebagai rasa optimisnya ,untuk sementara merekamerayakan dengan bersuka-ria, pesta makan minum sepuas-puasnya.
Setelah sampai di gua gunung Candramuka, air yang dicari ternyata tidak ada, lalu gua disekitarnya diobrak-abrik. Raksasa Rukmuka dan Rukmakala yang berada di gua terkejut, marah dan mendatangi Sena. Namun walau telah dijelaskan niat kedatangannya, kedua raksasa itu karena merasa terganggu akibat ulah Sena, tetap saja mengamuk. Terjadi perkelahian …….Namun dalam perkelahian dua Raksaksa tersebut kalah, ditendang, dibanting ke atas batu dan meledak hancur lebur. Kemudian Sena mengamuk dan mengobrak-abrik lagi sampai lelah,dalam hatinya ia bersedih hati dan berfikir bagaimana mendapatkan air suci tersebut.Karena kelelahan,kemudian ia berdiri dibawah pohon beringin.
Setibanya di serambi Astina, saat lengkap dihadiri Resi Druna, Bisma, Suyudana, Patih Sangkuni, Sindukala, Surangkala, Kuwirya Rikadurjaya, Jayasusena, lengkap bala Kurawa, dan lain-lainnya, terkejut….! atas kedatangan Sena. Ia memberi laporan tentang perjalannya dan dijawab oleh Sang Druna :bahwa ia sebenarnya hanya diuji, sebab tempat air yang dicari, sebenarnya ada di tengah samudera. Suyudana juga membantu bicara untuk meyakinkan Sena.
Karena tekad yang kuat maka Senapun nekat untuk pergi lagi….., yang sebelumnya ia sempat mampir dahulu ke Ngamarta.(tempat para kerabatnya berada) Sementara itu di Astina keluarga Sena yang mengetahui tipudaya pihak Kurawa mengirim surat kepada prabu Harimurti/Kresna di Dwarawati, yang dengan tergesa-gesa bersama bala pasukan datang ke Ngamarta.
Setelah menerima penjelasan dari Darmaputra, Kresna mengatakan bahwa janganlah Pandawa bersedih, sebab tipu daya para Kurawa akan mendapat balasan dengan jatuhnya bencana dari dewata yang agung. Ketika sedang asyik berbincang-bincang, datanglah Sena, yang membuat para Pandawa termasuk Pancawala, Sumbadra, Retna Drupadi dan Srikandi, dan lain-lainnya, senang dan akan mengadakan pesta. Namun tidak disangka, karena Sena ternyata melaporkan bahwa ia akan meneruskan pencarian air suci itu, yaitu ke tengah samudera. Nasehat dan tangisan, termasuk tangisan semua sentana laki-laki dan perempuan, tidak membuatnya mundur.
Sena berangkat pergi, tanpa rasa takut keluar masuk hutan, naik turun gunung, yang akhirnya tiba di tepi laut. Sang ombak bergulung-gulung menggempur batu karang bagaikan menyambut dan tampak kasihan kepada yang baru datang, bahwa ia di tipu agar masuk ke dalam samudera, topan datang juga riuh menggelegar, seakan mengatakan bahwa Druna memberi petunjuk sesat dan tidak benar.
Bagi Sena, lebih baik mati dari pada pulang menentang sang Maharesi, walaupun ia tidak mampu masuk ke dalam air, ke dasar samudera. Maka akhirnya ia berpasrah diri, tidak merasa takut, sakit dan mati memang sudah kehendak dewata yang agung, karena sudah menyatakan kesanggupan kepada Druna dan prabu Kurupati, dalam mencari Tirta Kamandanu, masuk ke dalam samudera.
Dengan suka cita ia lama memandang laut dan keindahan isi laut, kesedihan sudah terkikis, menerawang tanpa batas, lalu ia memusatkan perhatian tanpa memikirkan marabahaya, dengan semangat yang menyala-nyala mencebur ke laut, tampak kegembiraannya, dan tak lupa digunakannya ilmu Jalasengara, agar air menyibak.
Alkisah ada naga sebesar segara anakan, pemangsa ikan di laut, wajah liar dan ganas, berbisa sangat mematikan, mulut bagai gua, taring tajam bercahaya, melilit Sena sampai hanya tertinggal lehernya, menyemburkan bisa bagai air hujan. Sena bingung dan mengira cepat mati, tapi saat lelah tak kuasa meronta, ia teringat segera menikamkan kukunya, kuku Pancanaka, menancap di badan naga, darah memancar deras, naga besar itu mati, seisi laut bergembira.
Sementara itu Pandawa bersedih hati dan menangis memohon penuh iba, kepada prabu Kresna. Lalu dikatakan oleh Kresna, bahwa Sena tidak akan meninggal dunia, bahkan mendapatkan pahala dari dewata yang nanti akan datang dengan kesucian, memperoleh cinta kemuliaan dari Hyang Suksma Kawekas, diijinkan berganti diri menjadi batara yang berhasil menatap dengan hening. Para saudaranya tidak perlu sedih dan cemas.
Kembali dikisahkan Sang Wrekudara yang masih di samudera, ia bertemu dengan dewa berambut panjang, seperti anak kecil bermain-main di atas laut, bernama Dewa Ruci. Lalu ia berbicara :”Sena apa kerjamu, apa tujuanmu, tinggal di laut, semua serba tidak ada tak ada yang dapat di makan, tidak ada makanan, dan tidak ada pakaian. Hanya ada daun kering yang tertiup angin, jatuh didepanku, itu yang saya makan”. Dikatakan pula :”Wahai Wrekudara, segera datang ke sini, banyak rintangannya, jika tidak mati-matian tentu tak akan dapat sampai di tempat ini, segalanya serba sepi. Tidak terang dan pikiranmu memaksa, dirimu tidak sayang untuk mati, memang benar, disini tidak mungkin ditemukan”.
“Kau pun keturunan Sang Hyang Pramesthi, Hyang Girinata, kau keturunan dari Sang Hyang Brama asal dari para raja, ayahmu pun keturunan dari Brama, menyebarkan para raja, ibumu Dewi Kunthi, yang memiliki keturunan, yaitu sang Hyang Wisnu Murti. Hanya berputra tiga dengan ayahmu, Yudistira sebagai anak sulung, yang kedua dirimu, sebagai penengah adalah Dananjaya, yang dua anak lain dari keturunan dengan Madrim, genaplah Pandawa, kedatanganmu disini pun juga atas petunjuk Dhang Hyang Druna untuk mencari air Penghidupan berupa air jernih, karena gurumu yang memberi petunjuk, itulah yang kau laksanakan, maka orang yang bertapa sulit menikmati hidupnya”, lanjut Dewa Ruci.
Kemudian dikatakan :”Jangan pergi bila belum jelas maksudnya, jangan makan bila belum tahu rasa yang dimakan, janganlah berpakaian bila belum tahu nama pakaianmu. Kau bisa tahu dari bertanya, dan dengan meniru juga, jadi dengan dilaksanakan, demikian dalam hidup, ada orang bodoh dari gunung akan membeli emas, oleh tukang emas diberi kertas kuning dikira emas mulia. Demikian pula orang berguru, bila belum paham, akan tempat yang harus disembah”.
Wrekudara masuk tubuh Dewa Ruci menerima ajaran tentang Kenyataan “Segeralah kemari Wrekudara, masuklah ke dalam tubuhku”, kata Dewa Ruci. Sambil tertawa sena bertanya :”Tuan ini bertubuh kecil, saya bertubuh besar, dari mana jalanku masuk, kelingking pun tidak mungkin masuk”.Dewa Ruci tersenyum dan berkata lirih:”besar mana dirimu dengan dunia ini, semua isi dunia, hutan dengan gunung, samudera dengan semua isinya, tak sarat masuk ke dalam tubuhku”.
Atas petunjuk Dewa Ruci, Sena masuk ke dalam tubuhnya melalui telinga kiri. Dan tampaklah laut luas tanpa tepi, langit luas, tak tahu mana utara dan selatan, tidak tahu timur dan barat, bawah dan atas, depan dan belakang. Kemudian, terang, tampaklah Dewa Ruci, memancarkan sinar, dan diketahui lah arah, lalu matahari, nyaman rasa hati.
Ada empat macam benda yang tampak oleh Sena, yaitu hitam, merah kuning dan putih. Lalu berkatalah Dewa Ruci: “Yang pertama kau lihat cahaya, menyala tidak tahu namanya, Pancamaya itu, sesungguhnya ada di dalam hatimu, yang memimpin dirimu, maksudnya hati, disebut muka sifat, yang menuntun kepada sifat lebih, merupakan hakikat sifat itu sendiri. Lekas pulang jangan berjalan, selidikilah rupa itu jangan ragu, untuk hati tinggal, mata hati itulah, menandai pada hakikatmu, sedangkan yang berwarna merah, hitam, kuning dan putih, itu adalah penghalang hati.
Yang hitam kerjanya marah terhadap segala hal, murka, yang menghalangi dan menutupi tindakan yang baik. Yang merah menunjukkan nafsu yang baik, segala keinginan keluar dari situ, panas hati, menutupi hati yang sadar kepada kewaspadaan. Yang kuning hanya suka merusak. Sedangkan yang putih berarti nyata, hati yang tenang suci tanpa berpikiran ini dan itu, perwira dalam kedamaian. Sehingga hitam, merah dan kuning adalah penghalang pikiran dan kehendak yang abadi, persatuan Suksma Mulia.
Lalu Wrekudara melihat, cahaya memancar berkilat, berpelangi melengkung, bentuk zat yang dicari, apakah gerangan itu ?! Menurut Dewa Ruci, itu bukan yang dicari (air suci), yang dilihat itu yang tampak berkilat cahayanya, memancar bernyala-nyala, yang menguasai segala hal, tanpa bentuk dan tanpa warna, tidak berwujud dan tidak tampak, tanpa tempat tinggal, hanya terdapat pada orang-orang yang awas, hanya berupa firasat di dunia ini, dipegang tidak dapat, adalah Pramana, yang menyatu dengan diri tetapi tidak ikut merasakan gembira dan prihatin, bertempat tinggal di tubuh, tidak ikut makan dan minum, tidak ikut merasakan sakit dan menderita, jika berpisah dari tempatnya, raga yang tinggal, badan tanpa daya. Itulah yang mampu merasakan penderitaannya, dihidupi oleh suksma, ialah yang berhak menikmati hidup, mengakui rahasia zat.
Kehidupan Pramana dihidupi oleh suksma yang menguasai segalanya, Pramana bila mati ikut lesu, namun bila hilang, kehidupan suksma ada. Sirna itulah yang ditemui, kehidupan suksma yang sesungguhnya, Pramana Anresandani.
Jika ingin mempelajari dan sudah didapatkan, jangan punya kegemaran, bersungguh-sungguh dan waspada dalam segala tingkah laku, jangan bicara gaduh, jangan bicarakan hal ini secara sembunyi-sembunyi, tapi lekaslah mengalah jika berselisih, jangan memanjakan diri, jangan lekat dengan nafsu kehidupan tapi kuasailah.
Tentang keinginan untuk mati agar tidak mengantuk dan tidak lapar, tidak mengalami hambatan dan kesulitan, tidak sakit, hanya enak dan bermanfaat, peganglah dalam pemusatan pikiran, disimpan dalam buana, keberadaannya melekat pada diri, menyatu padu dan sudah menjadi kawan akrab. Sedangkan Suksma Sejati, ada pada diri manusia, tak dapat dipisahkan, tak berbeda dengan kedatangannya waktu dahulu, menyatu dengan kesejahteraan dunia, mendapat anugerah yang benar, persatuan manusia/kawula dan pencipta/Gusti. Manusia bagaikan wayang, Dalang yang memainkan segala gerak gerik dan berkuasa antara perpaduan kehendak, dunia merupakan panggungnya, layar yang digunakan untuk memainkan panggungnya.
Penerima ajaran dan nasehat ini tidak boleh menyombongkan diri, hayati dengan sungguh-sungguh, karena nasehat merupakan benih. Namun jika ditemui ajaran misalnya kacang kedelai disebar di bebatuan tanpa tanah tentu tidak akan dapat tumbuh, maka jika manusia bijaksana, tinggalkan dan hilangkan, agar menjadi jelas penglihatan sukma, rupa dan suara. Hyang Luhur menjadi badan Sukma Jernih, segala tingkah laku akan menjadi satu, sudah menjadi diri sendiri, dimana setiap gerak tentu juga merupakan kehendak manusia, terkabul itu namanya, akan segala keinginan, semua sudah ada pada manusia, semua jagad ini karena diri manusia, dalam segala janji janganlah ingkar.
Jika sudah paham akan segala tanggung jawab, rahasiakan dan tutupilah. Yang terbaik, untuk disini dan untuk disana juga, bagaikan mati di dalam hidup, bagaikan hidup dalam mati, hidup abadi selamanya, yang mati itu juga. Badan hanya sekedar melaksanakan secara lahir, yaitu yang menuju pada nafsu.
Wrekudara setelah mendengar perkataan Dewa Ruci, hatinya terang benderang, menerima dengan suka hati, dalam hati mengharap mendapatkan anugerah wahyu sesungguhnya. Dan kemudian dikatakan oleh Dewa Ruci :”Sena ketahuilah olehmu, yang kau kerjakan, tidak ada ilmu yang didatangkan, semua sudah kau kuasai, tak ada lagi yang dicari, kesaktian, kepandaian dan keperkasaan, karena kesungguhan hati ialah dalam cara melaksanakan.
Dewa Ruci selesai menyampaikan ajarannya, Wrekudara tidak bingung dan semua sudah dipahami, lalu kembali ke alam kemanusiaan, gembira hatinya, hilanglah kekalutan hatinya, dan Dewa Ruci telah sirna dari mata,
Wrekudara lalu mengingat, banyak yang didengarnya tentang tingkah para Pertapa yang berpikiran salah, mengira sudah benar, akhirnya tak berdaya, dililit oleh penerapannya, seperti mengharapkan kemuliaan, namun akhirnya tersesat dan terjerumus.
Bertapa tanpa ilmu, tentu tidak akan berhasil, kematian seolah dipaksakan, melalui kepertapaannya, mengira dapat mencapai kesempurnaan dengan cara bertapa tanpa petunjuk, tanpa pedoman berguru, mengosongkanan pikiran, belum tentu akan mendapatkan petunjuk yang nyata. Tingkah seenaknya, bertapa dengan merusak tubuh dalam mencapai kamuksan, bahkan gagallah bertapanya itu.
Guru yang benar, mengangkat murid/cantrik, jika memberi ajaran tidak jauh tempat duduknya, cantrik sebagai sahabatnya, lepas dari pemikiran batinnya, mengajarkan wahyu yang diperoleh. Inilah keutamaan bagi keduanya.
Tingkah manusia hidup usahakan dapat seperti wayang yang dimainkan di atas panggung, di balik layar ia digerak-gerakkan, banyak hiasan yang dipasang, berlampu panggung matahari dan rembulan, dengan layarnya alam yang sepi, yang melihat adalah pikiran, bumi sebagai tempat berpijak, wayang tegak ditopang orang yang menyaksikan, gerak dan diamnya dimainkan oleh Dalang, disuarakan bila harus berkata-kata, bahwa itu dari Dalang yang berada dibalik layar, bagaikan api dalam kayu, berderit oleh tiupan angin, kayu hangus mengeluarkan asap, sebentar kemudian mengeluarkan api yang berasal dari kayu, ketahuilah asal mulanya, semuanya yang tergetar, oleh perlindungan jati manusia, yang yang kemudian sebagai rahasia.
Kembali ke Negeri Ngamarta
Tekad yang sudah sempurna, dengan penuh semangat, Raden Arya Wrekudara kemudian pulang dan tiba ke negerinya, Ngamarta, tak berpaling hatinya, tidak asing bagi dirinya, sewujud dan sejiwa, dalam kenyataan ditutupi dan dirahasiakan, dilaksanakan untuk memenuhi kesatriaannya. Permulaan jagad raya, kelahiran batin ini, memang tidak kelihatan, yang bagaikan sudah menyatu, seumpama suatu bentukan, itulah perjalanannya.
Bersamaan dengan kedatangan Sena, di Ngamarta sedang berkumpul para saudaranya bersama Sang Prabu Kresna, yang sedang membicarakan kepergian Sena, cara masuk dasar samudera. Maka disambutlah ia, dan saat ditanya oleh Prabu Yudistira mengenai perjalanan tugasnya, ia menjawab bahwa perjalanannya itu dicurangi, ada dewa yang memberi tahu kepadanya, bahwa di lautan itu sepi,tidak ada air penghidupan. Gembira mendengar itu, lalu Kresna berkata :”Adikku ketahuilah nanti, jangan lupa segala sesuatu yang sudah terjadi ini”.
MAKNA AJARAN DEWA RUCI
- Pencarian air suci Prawitasari
Guru Durna memberitahukan Bima untuk menemukan air suci Prawitasari. Prawita dari asal kata Pawita artinya bersih, suci; sari artinya inti. Jadi Prawitasari pengertiannya adalah inti atau sari dari pada ilmu suci.
- Hutan Tikbrasara dan Gunung Reksamuka
Air suci itu dikatakan berada dihutan Tikbrasara, dilereng Gunung Reksamuka. Tikbra artinya rasa prihatin; sara berarti tajamnya pisau, ini melambangkan pelajaran untuk mencapai lendeping cipta (tajamnya cipta). Reksa berarti mamalihara atau mengurusi; muka adalah wajah, jadi yang dimaksud dengan Reksamuka dapat diartikan: mencapai sari ilmu sejati melalui samadi.
1. Sebelum melakukan samadi orang harus membersihkan atau menyucikan badan dan jiwanya dengan air.
2. Pada waktu samadi dia harus memusatkan ciptanya dengan fokus pandangan kepada pucuk hidung. Terminologi mistis yang dipakai adalah mendaki gunung Tursina, Tur berarti gunung, sina berarti tempat artinya tempat yang tinggi.
Pandangan atau paningal sangat penting pada saat samadi. Seseorang yang mendapatkan restu dzat yang suci, dia bisa melihat kenyataan antara lain melalui cahaya atau sinar yang datang kepadanya waktu samadi. Dalam cerita wayang digambarkan bahwasanya Resi Manukmanasa dan Bengawan Sakutrem bisa pergi ketempat suci melalui cahaya suci.
- Raksasa Rukmuka dan Rukmakala
Di hutan, Bima diserang oleh dua raksasa yaitu Rukmuka dan Rukmala. Dalam pertempuran yang hebat Bima berhasil membunuh keduanya, ini berarti Bima berhasil menyingkirkan halangan untuk mencapai tujuan supaya samadinya berhasil.
Rukmuka : Ruk berarti rusak, ini melambangkan hambatan yang berasal dari kemewahan makanan yang enak (kemukten).
Rukmakala : Rukma berarti emas, kala adalha bahaya, menggambarkan halangan yang datang dari kemewahan kekayaan material antara lain: pakaian, perhiasan seperti emas permata dan lain-lain (kamulyan)
Bima tidak akan mungkin melaksanakan samadinya dengan sempurna yang ditujukan kepada kesucian apabila pikirannya masih dipenuhi oleh kamukten dan kamulyan dalam kehidupan, karena kamukten dan kamulyan akan menutupi ciptanya yang jernih, terbunuhnya dua raksasa tersebut dengan gamblang menjelaskan bahwa Bima bisa menghapus halangan-halangan tersebut.
- Samudra dan Ular
Bima akhirnya tahu bahwa air suci itu tidak ada di hutan , tetapi sebenarnya berada didasar samudra. Tanpa ragu-ragu sedikitpun dia menuju ke samudra. Ingatlah kepada perkataan Samudra Pangaksama yang berarti orang yang baik semestinya memiliki hati seperti luasnya samudra, yang dengan mudah akan memaafkan kesalahan orang lain.
Ular adalah simbol dari kejahatan. Bima membunuh ular tersebut dalam satu pertarungan yang seru. Disini menggambarkan bahwa dalam pencarian untuk mendapatkan kenyataan sejati, tidaklah cukup bagi Bima hanya mengesampingkan kamukten dan kamulyan, dia harus juga menghilangkan kejahatan didalam hatinya. Untuk itu dia harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1. Rila: dia tidak susah apabila kekayaannya berkurang dan tidak iri kepada orang lain.
2. Legawa : harus selalu bersikap baik dan benar.
3. Nrima : bersyukur menerima jalan hidup dengan sadar.
4. Anoraga : rendah hati, dan apabila ada orang yang berbuat jahat kepadanya, dia tidak akan membalas, tetap sabar.
5. Eling : tahu mana yang benar dan salah dan selalu akan berpihak kepada kebaikan dan kebenaran.
6. Santosa : selalu beraa dijalan yang benar, tidak pernah berhenti untuk berbuat yang benar antara lain : melakukan samadi. Selalu waspada untuk menghindari perbuatan jahat.
7. Gembira : bukan berarti senang karena bisa melaksanakan kehendak atau napsunya, tetapi merasa tentram melupakan kekecewaan dari pada kesalahan-kesalahan dari kerugian yang terjadi pada masa lalu.
8. Rahayu : kehendak untuk selalu berbuat baik demi kepentingan semua pihak.
9. Wilujengan : menjaga kesehatan, kalau sakit diobati.
10. Marsudi kawruh : selalu mencari dan mempelajari ilmu yang benar.
11. Samadi.
12. Ngurang-ngurangi: dengan antara lain makan pada waktu sudah lapar, makan tidak perlu banyak dan tidak harus memilih makanan yang enak-enak: minum secukupnya pada waktu sudah haus dan tidak perlu harus memilih minuman yang lezat; tidur pada waktu sudah mengantuk dan tidak perlu harus tidur dikasur yang tebal dan nyaman; tidak boleh terlalu sering bercinta dan itu pun hanya boleh dilakukan dengan pasangannya yang sah.
Pertemuan dengan Dewa Suksma Ruci
Sesudah Bima mebunuh ular dengan menggunakan kuku Pancanaka, Bima bertemu dengan Dewa kecil yaitu Dewa Suksma Ruci yang rupanya persis seperti dia. Bima memasuki raga Dewa Suksma Ruci melalui telinganya yang sebelah kiri. Didalam, Bima bisa melihat dengan jelas seluruh jagad dan juga melihat dewa kecil tersebut.
Pelajaran spiritual dari pertemuan ini adalah :
- Bima bermeditasi dengan benar, menutup kedua matanya, mengatur pernapasannya, memusatkan perhatiannya dengan cipta hening dan rasa hening.
- Kedatangan dari dewa Suksma Ruci adalah pertanda suci, diterimanya samadi Bima yaitu bersatunya kawula dan Gusti.
Didalam paningal (pandangan didalam) Bima bisa melihat segalanya segalanya terbuka untuknya (Tinarbuka) jelas dan tidak ada rahasia lagi. Bima telah menerima pelajaran terpenting dalam hidupnya yaitu bahwa dalam dirinya yang terdalam, dia adalah satu dengan yang suci, tak terpisahkan. Dia telah mencapai kasunyatan sejati. Pengalaman ini dalam istilah spiritual disebut “mati dalam hidup” dan juga disebut “hidup dalam mati”. Bima tidak pernah merasakan kebahagiaan seperti ini sebelumnya. Mula-mula di tidak mau pergi tetapi kemudian dia sadar bahwa dia harus tetap melaksanakan pekerjaan dan kewajibannya, ketemu keluarganya dan lain-lain.
Arti simbolis pakaian dan perhiasan Bima
Bima mengenakan pakaian dan perhiasan yang dipakai oleh orang yang telah mencapai kasunytan-kenyataan sejati. Gelang Candrakirana dikenakan pada lengan kiri dan kanannya. Candra artinya bulan, kirana artinya sinar. Bima yang sudah tinarbuka, sudah menguasai sinar suci yang terang yang terdapat didalam paningal.
Batik poleng : kain batik yang mempunyai 4 warna yaitu; merah, hitam, kuning dan putih. Yang merupakan simbol nafsu, amarah, alumah, supiah dan mutmainah. Disini menggambarkan bahwa Bima sudah mampu untuk mengendalikan nafsunya.
Tusuk konde besar dari kayu asem
Kata asem menunjukkan sengsem artinya tertarik, Bima hanya tertarik kepada laku untuk kesempurnaan hidup, dia tidak tertarik kepada kekeyaan duniawi.
Tanda emas diantara mata.
Artiya Bima melaksanakan samadinya secara teratur dan mantap.
Kuku Pancanaka
Bima mengepalkan tinjunya dari kedua tangannya.
Melambangkan :
1. Dia telah memegang dengan kuat ilmu sejati.
2. Persatuan orang-orang yang bermoral baik adalah lebih kuat, dari persatuan orang-orang yang tidak bertanggung jawab, meskipun jumlah orang yang bermoral baik itu kalah banyak.

Contohnya lima pandawa bisa mengalahkan seratus korawa. Kuku pancanaka menunjukkan magis dan wibawa seseorang yang telah mencapai ilmu sejati.

Makna Spiritual dari Mu’jizat Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad saw



Maulana Shaykh Hisham Muhammad Kabbani


Dinaikkan di Malam Hari, Bercahaya Bagaikan Bulan Purnama

Allah swt memperjalanankan Nabi Muhammad saw dari Masjidil Haram ke Masjidil al-Aqso, kemudian mengangkat beliau saw dari Masjid al-Aqsa dengan cara Mi’raj, menuju Hadirat Ilahiah-Nya. Mengapakah Allah menggunakan kata-kata, ‘laylan – pada suatu malam’? Mengapa Ia tidak berkata, naharan, pada suatu siang’? ‘Laylan’ di sini mengilustrasikan kegelapan dari dunia ini, ia menjadi bercahaya hanya oleh bulan yang berkilau dari Nabi saw yang terbit untuk menerangi semua kegelapan.

“Subhan al-ladzii asraa bi ‘abdihi laylan”. “Maha Suci Ia yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam…” Lihatlah pada setiap kata dari ayat suci ini. Pertama-tama Allah memuji Diri-Nya sendiri dalam bentuk orang ketiga, in absentia. Allah kemudian secara ajaib memindahkan Nabi dari Makkah menuju Masjid al-Aqsa (asra’). Kemudian Ia mengacu Nabi sebagai “’abd – hamba”, memberi beliau kehormatan melalui gelar tertinggi itu sebagai seseorang yang terkait dengan kehidupan spiritual, bukan kehidupan hewani.

Risalah Nabi Muhammad saw melengkapi dan menyempurna kan baik disiplin fisik dan hukum (syari’ah) dari Musa as maupun spiritualitas (ruhaniyya) dari ‘Isa as. Syari’ah dari Musa as berkaitan dengan kehidupan duniawi ini, sedangkan spiritualitas ‘Isa as terkait dengan kehidupan surgawi. Dengan melalui dan melampaui kehidupan duniawi, yang diwakili oleh Isra’ (Perjalanan Malam), menuju kehidupan surgawi, yang diwakili oleh Mi’raj, Nabi saw dibawa di atas kedua sayap ini. Tak seorang pun Nabi dibawa dalam kedua dimensi ini kecuali Junjungan kita, Sayyidina Muhammad saw.

Tahapan-tahapan Tasawwuf

Dalam Ilmu Pensucian Jiwa, Tasawwuf, tahapan-tahapan tersebut dinamai dengan Syariah, Tariqat, dan Haqiqat. Tahapan pertama terkait dengan bidang disiplin fisik, dari mana seorang pencari kemudian bergerak dalam “Jalan”, Tariqah, dengan kendaraan ubudiyyah, penghambaan dan ibadah, dan kemudian naik menuju maqam haqiqat, realitas, di mana seluruh kebatilan dan kepalsuan punah, lenyap, dan Ketuhanan Allah dinampakkan secara nyata pada sang hamba.

Allah membawa Nabi Muhammad saw ke Masjid al-Aqsa di Palestina, di mana hampir seluruh Nabi menyambut beliau. Di sana beliau menjumpai seluruh para Nabi berkumpul, dan mereka melakukan salat secara berjama’ah di belakang beliau saw. Dari sana Allah mengangkat beliau menuju langit, seakan-akan Ia (SWT) berfirman, ‘Wahai Nabi-nabi-Ku! Aku tidak pernah mengangkat seorang pun dari Masjid al-Aqsa seperti aku menaikkan Muhammad saw.’ Ini adalah untuk menunjukkan pada mereka bahwa Mi’raj (naiknya) Nabi Muhammad saw – tidak seperti siapa pun di antara mereka, beliau tidak dibatasi oleh hukum-hukum alam semesta ini.

Kendaraan-kendaraan Nabi Muhammad saw

Salah seorang dari ulama-ulama besar bidang Tafsir Quran, al-‘Ala’i berkata, “Pada Malam Mi’raj Nabi saw menggunakan lima kendaraan yang berbeda-beda. Yang pertama adalah Buraq, suatu makhluk bersayap yang membawa beliau dari Makkah menuju Masjid al-Aqsa. Yang kedua adalah Kenaikan (Mi’raj) yang dengannya Nabi saw mencapai langit dunia ini, as-sama’ ad-dunya’. Ada dua penjelasan untuk Mi’raj: satu, bahwa Buraq membawa Nabi saw ke atas, dan yang kedua, bahwa sebuah tangga’ turun dan menaikkan Nabi saw dengan amat cepat.

Kendaraan ketiga adalah sayap-sayap para Malaikat yang membawa Nabi saw hingga langit ketujuh. Kendaraan keempat adalah sayap-sayap Jibril (as) yang membawa beliau saw dari langit ketujuh menuju Sidrat al-Muntaha, ‘Pohon Lotus Terjauh’. Kendaraan kelima adalah suatu karpet (ar-raf raf) yang membawa beliau saw hingga maqam ‘dua ujung busur panah qaba qawsayn.’ [QS 53:9].”

“Serupa dengan itu, Nabi saw berhenti pada sepuluh maqam yang berbeda: tujuh langit dan yang kedelapan di Sidrat al-Muntaha. Yang kesembilan adalah tempat di mana beliau mendengar suara dari pena-pena Malaikat yang tengah menulis amal perbuatan manusia, dan maqam kesepuluh adalah di ‘Arsy (Singgasana). Wallahu A’lam, dan Allah-lah yang lebih tahu.”

Wa min allah at taufiq
wassalam

Rahasia Malam Isra’ dan Mi’raj: Khamisul Quran dan Awliya’ullah



 Mawlana Shaykh Hisham Kabbani

[Dari catatan Suhbat Grandsyaikh ‘Abdullah Daghestani]

A’uudhu billahi minash shaythanirrajiim
Bismillahirrahmanir rahiim
Nawaytul Arba’in, nawaytul I’tikaf, nawaytul khalwah, nawaytus suluk, nawyatul uzlah, nawaytur riyadah, lillahi ta’ala l-‘azhiim fi hadzal majlis
Athi’ullaah wa athi’ur Rasul wa ulil amri minkum!

Ini adalah catatan dari suhbat Grandsyaikh 40 tahun yang lalu. Saat itu, Mawlana Syaikh Nazim menerjemahkan suhbat beliau dari bahasa Turki ke bahasa Arab di Damaskus.

Shaykh Sharif: “Apakah ini tulisan tangan Anda?”
Mawlana Shaykh Hisham: “Ya”.

Saya punya kira-kira 40 buku catatan seperti ini. [Allah Allah]

A’uudhu billahi minash shaythanirrajiim
Bismillahirrahmanir rahiim
Kita telah menjelaskan sebelum ini bagaimana Allah SWT mengundang Nabi kita Muhammad sallalLahu ‘alayhi wasallam. pada malam Laylatul Isra’ wal Mi’raj untuk suatu tujuan tertentu. Allah berkehendak untuk memberikan sesuatu sebagai hadiah bagi beliau. Sebagaimana Allah SWT berdialog dengan Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam, maka saat itu terdapat tiga macam tingkatan yang beliau lalui:

1. Tingkatan dari Jibril ‘alayhissalam ke bawah
2. Tingkatan Jibril ‘alayhissalam
3. Tingkatan dari Jibril ‘alayhissalam ke atas

Pada malam Mi’raj itu, Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam mencapai suatu tingkatan di mana Jibril ‘alayhissalam pun berkata pada beliau, “Yaa Rasulallah, aku tak dapat pergi lebih dari batas ini”. Kalian tahu tentang ini ‘kan. Itu artinya ada tingkatan di bawah tingkatan ini, dan ada pula tingkatan di atas tingkatan ini. Jadi, ada tiga tingkatan yang berbeda. Apa-apa yang berada dari tingkatan tersebut, yaitu maqam Jibril ke bawah, apa-apa yang berada di bawah Sayyidina Jibril, dikaruniakan kepada seluruh ummat ini, Ummat Muslim, bagi setiap orang. Dan Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam pun, membacakan Al Quran dari tingkatan itu ke bawah. Karena (Al Quran) yang kita dengar saat ini, kita tidaklah mendengarnya langsung dari bacaan Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam. Bacaan siapakah yang kita dengar? Bacaan Imam. Kita tidak mendengar langsung dari Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam. Siapakah yang mendengar Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam secara langsung? Hanya para Sahabat. Artinya, bacaan Quran itu dibacakan oleh Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam kepada para Sahabat, kemudian para Sahabat membacakannya kepada para Imam, dan para Imam membacakannya kepada [pengikutnya… ] dan seterusnya. Kita pun mendengarkan bacaan imam, setelah bertahun-tahun kemudian. Apakah kemudian kalian mengira bahwa apa yang dibacakan Nabi kepada para Sahabat sama dengan apa yang dibacakan para Imam kepada kita? Apa yang keluar dari mulut suci Sayyidina Muhammad sallalLahu ‘alayhi wasallam dipenuhi dengan cahaya berkilau, penuh dengan kekuatan, penuh dengan mu’jizat, dengan segala penafsirannya, dengan segenap rahasia-rahasianya dari tingkatan Jibril ke bawah. Jadi apa yang para Sahabat dengar secara langsung dari Nabi berbeda dengan apa yang kita dengar. Sekalipun kata-kata atau susunan kalimatnya mungkin sama, tapi penafsirannya berbeda. Karena itulah mengapa Ibn ‘Abbas, salah seorang sahabat yang juga adalah salah satu mufassir (penafsir) Quran terbesar, dapat menjelaskan bagaimana ayat-ayat tersebut diwahyukan.

Jadi Grandsyaikh, semoga Allah SWT memberkati ruhnya, mengatakan bahwa apa yang diberikan Allah SWT kepada Sayyidina Muhammad sallalLahu ‘alayhi wasallam, kita tidak mendengarnya. Bahkan sebelum ini, para Imam pun tidak mendengarnya. Kita (termasuk para Imam) mendengar apa yang dibacakan oleh para Sahabat bagi diri kita. Para Imam, seperti Imam Malik, Imam Abu Hanifah (mendengarnya dari Sahabat). Imam Syafi’i dan Imam Hambali datang kemudian. Mereka pun tidak mendengar langsung dari sahabat, melainkan mendengarnya dari para tabi’in yang datang setelah para Sahabat. Dan saat ini, apa yang kita dengar di masjid-masjid hanyalah tinggal kata-kata, bukan makna sejatinya.

Jadi, inilah yang disampaikan oleh Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam bagi setiap orang. Pada tingkatan Sayyidina Jibril ‘alayhissalam, tak seorang pun mengetahuinya kecuali Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam, dan beliau menyampaikannya pada Awliya’ullah. Beliau sallalLahu ‘alayhi wasallam memberikannya kepada para pewarisnya. Sebagaimana beliau memberikannya kepada para Sahabat, beliau memberikannya pula kepada para pewaris beliau. Karena itulah Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam bersabda dalam suatu hadits terkenal, “Ashaabii kan Nujuum, bi ayyika ihtadaytum, ihtadaytum” “ Para sahabatku adalah bagaikan bintang-gemintang. Pada siapa pun dari mereka, kau berusaha untuk mengikutinya, maka kau pun akan terbimbing”
Awliyaullah juga bagaikan bintang gemintang. Tidak hanya ada satu orang wali. Ada 124.000 Wali Allah yang Allah SWT tunjuk dan karuniakan bagi Sayyidina Muhammad sallalLahu ‘alayhi wasallam. Saat Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam melakukan perjalanannya di Laylatul Isra’ wal Mi’raj, Allah SWT menunjukkan pada beliau, seluruh ummat, dan berfirman, “Yaa Rasuulallaah, Yaa Muhammad sallalLahu ‘alayhi wasallam, inilah ummatmu.” Dan saat Allah menunjukkan pada Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam, Ummah beliau, Ia SWT menunjukkan keadaan mereka yang suci, sebagaimana keadaan saat Ia menciptakan mereka. Karena itulah disebutkan dalam suatu hadits bahwa Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam bersabda, “Yuuladul insaanu ‘alal Fitrah” “Manusia dilahirkan dalam keadaan suci dan murni”. Mereka tak memiliki dosa apa pun. Saat seorang anak dilahirkan, ia dilahirkan dengan Iimaan. Setiap anak dalam keadaan beriman, tak peduli apa pun latar belakangnya. Latar belakangnya baru muncul kemudian, ketika ia menjadi beragama ini, atau beragama itu, dan ini bukan di saat permulaan. Pada saat permulaan, ia dilahirkan dalam keadaan suci dan murni.
Sebagaimana keadaan masa kini, saat mereka beranjak berumur 12, 13 atau 14 tahun, mereka mulai tidak menyukai orang tuanya. Mereka akan berkata padamu, “Oh, kamu terbelakang!” . Mereka mengatakan seperti itu pada setiap orang. Mereka tak mau mendengar siapa pun. Mereka melakukan apa yang mereka lakukan. Mereka melakukannya di jalanan. Tetapi, sebenarnya saat mereka masih muda belia, mereka masih murni. Iya ‘ kan ? Saat mereka mulai tumbuh dewasa, mereka melarikan diri. Tetapi, setelah beberapa saat kemudian, mereka menjadi makin matang, dan berkata, “Ooh, kami berbuat kesalahan”, lalu mereka pun kembali.

Serupa dengan itu, saat kita diciptakan, kita diciptakan dalam keadaan suci dan murni, di saat hari Perjanjian, saat Allah SWT menciptakan arwah seluruh manusia dari cahaya Sayyidina Muhammad sallalLahu ‘alayhi wasallam, yang muncul dari Cahaya Allah SWT. Allah SWT menciptakan Nabi dari Cahaya Langit, Nur Surgawi. Karenanya, semua orang adalah suci dan murni. Tak seorang pun, melainkan ia dalam keadaan suci. Karena itulah, ketika di Hari Perjanjian, Allah SWT berfirman (kepada arwah seluruh manusia), “Bukankah Aku adalah Tuhan kalian?” Setiap orang pun menjawab, “Benar, Yaa Rabbii, Engkau adalah Tuhan kami!” Setiap orang menerimanya.

Jadi, Ummah ini yang dikaruniakan Allah SWT bagi Sayyidina Muhammad sallalLahu ‘alayhi wasallam adalah suci bersih. “Inilah Ummatmu! Apakah kau menyukai mereka?” “Yaa Rabbii, aku bahagia dengan mereka.” Maka, kemudian setelah Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam menerima mereka, Allah SWT pun menaruh mereka dalam ‘perangkap’-Nya, dan berfirman, “Aku akan memberikan mereka (padamu) setelah Aku mengambil mereka (darinya)”. Dan Ia SWT pun memperlihatkan betapa banyak dan betapa beragam dosa yang akan mereka perbuat di dunia ini. Tak seorang pun bersih, setelah ia melewati dunya. Setiap orang mulai melakukan sesuatu yang Allah tak menyukainya. Mereka tidak salat, mereka tidak berpuasa, mereka tidak mengatakan yang benar, mereka menipu, berbuat konspirasi di sana, dsb. Allah SWT menunjukkan pada Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam, apa yang akan mereka lakukan (di dunia). Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam pun memohon, “Yaa Rabbii, karuniakan padaku penolong-penolong! Mereka yang akan membantuku melakukan apa yang mesti kulakukan.” Dan Grandsyaikh berkata bahwa Allah SWT pada malam Laylatul Mi’raj itu memberikan bagi Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam, 124.000 Wali. Tidak hanya seorang Wali, tapi 124.000. Dan mereka berada pada tingkatan yang berbeda-beda. Tetapi, semuanya adalah Wali. Dan (Alhamdulillah) kita mempunyai Wali pada tingkatannya yang tertinggi, Sulthanul Awliya’, Grandsyaikh ‘Abdullah Faiz Daghestani, semoga Allah memberkati ruh beliau, dan saat ini, Sulthanul Awliya’ Sayyidina Syaikh Muhammad Nazim ‘Adil Al-Haqqani, semoga Allah mengaruniakan bagi beliau umur panjang.

Tetapi, ada banyak Awliya’, dan sesuai dengan tingkatannya, Allah pun menempatkan mereka pada tempat-tempat yang berlainan di segenap penjuru dunia ini, agar mereka dapat menjaga Ummah ini tetap suci dan bersih dalam 24 jam. Allah SWT membagi-bagi Ummat ini pada mereka. Wali yang itu memiliki 100.000. Wali yang lain punya 1 juta, wali yang satunya lagi…., dst. Sekalipun kalian mungkin tidak mengenali mereka. Mereka tidak hadir pada majelis ini, misalnya. Mereka tidak berada di sini. Mereka tidak mengikuti majelis ini. Tapi melalui ruh-ruh, ada orang yang diperuntukkan bagi Wali yang dapat menghubungi mereka lewat mimpi-mimpi, atau menjalin kontak dengan mereka lewat penampakan atau wujud yang berbeda, lewat bentuk-bentuk yang berlainan. Sang wali dapat saja berada di sini, dan dapat pula berada di Cina. Kalian tak tahu tentang itu. Awliya’ullah dapat berada di beberapa tempat berbeda pada waktu yang sama. Kalian pernah melihatnya?

Suatu waktu, Mawlana Syaikh Nazim tengah berada di Lebanon . Perdana Menteri Lebanon saat itu mengunjungi beliau, dan juga walikota Tripoli. Saat itu saya berada di sana . Sang gubernur dan perdana menteri hendak berangkat pergi Haji, dan mereka berkata, “Wahai Syaikh Nazim, mari berangkat bersama kami.” Beliau menjawab, “Tidak, mungkin saya tidak dapat berangkat.” Saat itu mereka tiba di Tripoli , dan berada di situ 2-3 hari untuk (persiapan) Haji. Mawlana berkata, “Tidak, saya tidak pergi.” Mereka pun berangkat menunaikan ibadah Haji mereka hingga pulang kembali. Saat mereka pulang kembali ke Lebanon , mereka tahu bahwa Syaikh Nazim masih berada di Tripoli . Mereka pun memutuskan untuk mengunjungi beliau. Dan mereka berkata, “Wahai Syaikh, Anda datang (ke Tanah Suci) sebelum kami datang.” Dan setiap orang, yang tengah duduk di situ pun terkejut. Kami semua terkejut. Mawlana Syaikh Nazim tak pernah meninggalkan Tripoli . Dan mereka pun bercerita, bahwa ketika mereka tiba di Tanah Suci, dan hendak menunaikan Thawaf, mereka menjumpai Mawlana Syaikh Nazim tengah melaksakanan Thawaf. Mereka pun mendatangi Mawlana, dan menunaikan Thawaf mereka bersama Mawlana. Kemudian mereka melanjutkan menunaikan sa’i, yaitu Sa’i Qudum dengan beliau. Sa’i di antara Safa dan Marwa. Lalu Mawlana berkata, “Aku akan pergi dengan orang-orangku.” Beliau pun meninggalkan mereka. Padahal Mawlana tak pernah beranjak dari Tripoli saat itu.

Jadi, ada Awliyaullah yang seperti itu. Mereka dapat bergerak menembus waktu dan mereka pun dapat muncul dengan citra yang berbeda, dan masih ada pula citra atau penampakan lain yang muncul di tempat yang berbeda. Mereka harus membersihkan seluruh Ummah ini dalam 24 jam. Dan ke-124.000 Wali ini, jika salah satu di antaranya wafat, akan ada orang lain yang akan menggantikannya. Jadi, sebenarnya tidak hanya terdapat 124.000 Wali. Pada kenyataannya, ada lebih daripada jumlah itu. Tapi, dalam suatu waktu tertentu, ada 124.000 Wali yang hidup di masa itu.
Jadi, pada malam itu (malam Mi’raj), Allah SWT mengaruniakan pada Sayyidina Muhammad sallalLahu ‘alayhi wasallam, para penolong ini. Kemudian Allah pun berkata, “Yaa Muhammad sallalLahu ‘alayhi wasallam,….”

Ini terjadi di atas maqam Sayyidina Jibril ‘alayhissalam, saat Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam pergi sendiri, ketika Jibril mengatakan pada beliau, “Aku tak dapat menyertaimu lagi.” Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam pun melaju terus, dan pada malam itu, malam Mi’raj, setelah melewati maqam Sayyidina Jibril, setelah Allah membukakan bagi beliau apa-apa yang berasal dari tingkatan Jibril, dari rizqi / bagian Sayyidina Jibril ke bawah, berupa Al Quran Suci; setelah itu pun, Allah SWT mengaruniakan pada beliau keseluruhan dari Al Quran Suci. Saat beliau sallalLahu ‘alayhi wasallam mulai bergerak dari maqam Sayyidina Jibril ‘alayhissalam dan seterusnya, Allah SWT memberikan bagi beliau sallalLahu ‘alayhi wasallam, apa yang Ia sebut bagi beliau, “Khamisul Quran”. Khamisul Quran, apa itu artinya? “Bagian kelima dari Quran.” Apa makna Khamisul Quran? Bukan berarti suatu buku/kitab yang diberikan Allah SWT. Ia SWT telah mewayukan pada beliau Quran Suci, tapi... sebagaimana kita ketahui ada empat kitab suci: Zabur (Psalms), Taurat, Injil (Bible), dan Al Quran. Benar? Jadi, Khamisul Quran, bagian kelima, adalah Rahasia dari Al Quran Suci. Allah membukakan bagi Sayyidina Muhammad sallalLahu ‘alayhi wasallam, seluruh Samudera-Samudera dan Rahasia-Rahasia dari Quran Suci. Karena tak seorang pun mampu memahaminya selain Sayyidina Muhammad sallalLahu ‘alayhi wasallam.

Inilah yang cita rasanya para Awliya’ullah usahakan untuk diberikan pada kita, ya dari Khamisul Quran tadi. Sayyidina Muhammad sallalLahu ‘alayhi wasallam mewariskan pada para Sahabat beliau, rahasia tersebut. Beliau sallalLahu ‘alayhi wasallam mewariskan pula rahasia tersebut pada Awliyaullah, tetapi tidak ada izin untuk membukanya hingga masa munculnya Sayyidina Mahdi ‘alayhissalam. Beliau (Sayyidina Mahdi) akan muncul di Akhir Zaman nanti dengan sesuatu…eeh, bukan makna baru, tetapi pemahaman-pemahaman baru, dengan rahasia-rahasia yang berada di balik ayat-ayat Al Quran yang suci. Muhyiddin Ibn ‘Arabi, Abu Yazid al-Bisthami, Sulayman as-Saqathi, Sari As-Saqthi, Junayd al-Baghdadi, semua Awliya’ ini, juga Sayyidina Shah Bahauddin an-Naqshabandi, yang dapat kalian hitung semua…. Juga para Sahabat Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam. Keseluruhan dari mereka, berusaha memberikan cita rasa ini, dan orang-orang pun tak dapat menerimanya. Sayyidina Abu Hurayrah r.a. apa yang beliau pernah katakan? Beliau adalah seorang Muhaddits [‘Aalim Ahli Hadits, periwayat Hadits Nabi] terbesar. Beliau meriwayatkan lebih dari 3000 hadits dari Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam. Apa yang pernah beliau katakan? Beliau pernah berkata, “Hafiztu min Rasuulillaahi sallalLahu ‘alayhi wasallam wi’a-ain. Fa-ammaa ahaduhumaa fabatstsatstuhuu bil khalq, wa ammal aakhar, law batstsatstuhuu la-quthi’a haadzal bul’uum.” “Aku mengingat dari Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam dua jenis pengetahuan. Yang satu kusebarkan pada setiap orang. Yang lain kusimpan sendiri, karena seandainya aku mengatakannya, tentulah mereka akan memenggal leherku.”

Mengapa mereka akan memenggal lehernya? Siapakah yang akan memenggal leher Abu Hurayrah? Para Sahabat (lainnya)! Itu artinya, Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam memberikan hal yang berbeda-beda bagi setiap orang. Apa yang beliau sallalLahu ‘alayhi wasallam berikan bagi Sayyidina Abu Bakar as-Siddiq berbeda dengan apa yang beliau berikan bagi Sayyidina ‘Ali, dan berbeda lagi dengan apa yang beliau sallalLahu ‘alayhi wasallam berikan bagi Sayyidina ‘Umar. Kepada setiap orang, Allah SWT mengaruniakan cita rasa yang berbeda dari Rahasia itu.

Jadi Awliyaullah, kini, mereka membawa cita rasa itu. Tapi, ini bergantung dari orang yang mendengarkan merka, bergantung pada siapa yang menghadiri majelis mereka. Jika orang-orang yang menghadiri majelis mereka masih di bawah kendali ego mereka, rahasia atau cita rasa semacam ini tak akan pernah dibukakan bagi mereka. Sang Wali tak akan membuka rahasia itu. Karena itulah,kita dapat melihat perbedaan antara Suhbat/pengajaran Mawlana Syaikh Nazim yang diberikan sebelum ini, dengan yang beliau berikan saat ini. Sebelum ini, Mawlana Syaikh Nazim biasa memberikan kuliah-kuliah yang amat dalam. Saat ini, kuliah Mawlana Syaikh Nazim sebagian besar hanya berbicara masalah ego. Beliau berusaha untuk meluruskan orang-orang, untuk membimbing mereka menuju jalan yang benar, menuju Shirathal Mustaqiim, ke Jembatan yang Lurus. Karena beliau dapat melihat dan mengamati bahwa qalbu-qalbu yang ada di depan beliau tidak siap untuk memikul rahasia-rahasia ini. Sebelumnya, beliau biasa berbicara dari tingkatan dan maqam yang tinggi. Terkadang, saat beliau duduk dengan beberapa orang tertentu, dan Allah membukakan untuk… adanya izin, kalian dapat melihat pengetahuan macam apa yang beliau ucapkan. Kalian akan tertegun mendengarnya. Karena, Rahasia-rahasia tersebut, yang Allah karuniakan bagi Sayyidina Muhammad sallalLahu ‘alayhi wasallam, pada Laylatul Mi’raj, Grandsyaikh berkata bahwa Allah membukakan pada beliau sallalLahu ‘alayhi wasallam, Rahasia-Rahasia Al Quran, manifestasi- manifestasi, dan tajalli (penampakan) dari 99 Nama (Asmaul Husna, red.) yang tak seorang pun menyamai beliau dengan apa yang Allah SWT bukakan bagi beliau, Sayyidina Muhammad sallalLahu ‘alayhi wasallam. Hanya bagi Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam. Tapi, apa yang telah Nabi sedikit berikan, itu bukan berarti menyamai beliau, melainkan itu berarti beliau mewariskannya.

Dari tajalli 99 Nama, itu berarti Allah SWT mengaruniakan pada Sayyidina Muhammad sallalLahu ‘alayhi wasallam, Samudera-Samudera Nama-Nama ini, yang tak seorang pun mengetahui awal maupun akhir dari setiap Samudera Satu Nama!

Seluruh Alam Semesta ciptaan ini hanyalah berada di bawah tajalli satu nama: Ar-Rahman! Seluruh alam semesta ini, yang kita tengah hidup di dalamnya, sejak penciptaannya hingga Hari Pembalasan berada di bawah tajalli ar-Rahman! Bagaimana menurutmu dengan 98 Nama-Nama yang lainnya? Mereka bahkan belum terbuka, belum termanifestasikan! Tidak hanya itu! Grandsyaikh berkata pula bahwa Allah SWT mengaruniakan pula bagi beliau sallalLahu ‘alayhi wasallam, Ismullah al-A’dzam, Nama Teragung, yang meliputi seluruh Nama-Nama itu. Itu dikaruniakan bagi Sayyidina Muhammad sallalLahu ‘alayhi wasallam pada Laylatul Mi’raj.

Para ilmuwan mengatakan bahwa keseluruhan alam ini tercipta milliaran tahun yang lalu. Benar? Semua galaksi yang kalian saksikan ini, 6 milliar galaksi, yang mereka katakan ada sekarang. Dan setiap galaksi memiliki 80 milliar bintang, minimal. Kalian melihat Milky Way, Bima Sakti, juga galaksi-galaksi yang ada di Alam Semesta ini, keseluruhannya bergerak dalam satu arah di ruang angkasa ini. Kalian tak mengetahui ke mana mereka bergerak. Mereka bergerak dengan kecepatan 300.000 km/detik (kecepatan cahaya, red.). Sangat cepat. Dan ruang angkasa ini tanpa batas. Sejak mereka diciptakan, mereka bergerak. Ke mana mereka bergerak? Semua pengetahuan ini Allah SWT karuniakan bagi Sayyidina Muhammad sallalLahu ‘alayhi wasallam pada malam Laylatul Isra’ wal Mi’raj. Semua ini diberikan pada Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam pada malam itu.

[Manifestasi] Satu Nama, ya, seluruh alam ini berada di bawah Ismullahir Rahman, dan alam semesta ini tak pernah berakhir meluas, dan melebar. Bagaimana pula dengan 98 Nama-Nama lainnya? Yang belum pernah dibukakan. Grandsyaikh berkata, bahwa saat Mahdi ‘alayhissalam muncul, Allah SWT akan membukakan cita rasa ini bagi Ummat. Dan karena itu pula pada saat itu, ilmu pengetahuan akan ditransfer dan dipindahkan dari orang satu ke orang lainnya lewat mata. Kalian tak perlu lagi saat itu membaca atau mempelajari pengetahuan dan mengingatnya. Itu semua terbatas. Untuk berusaha membaca dan menghafal adalah terbatas. Tapi, dengan menuangkannya melalui kedua mata kalian ke qalbu kalian, dari orang yang satu ke yang lain, melalui pantulan-pantulan (refleksi). Dengan memantulkannya secara sempurna. Apa pun yang dimiliki seseorang, ia akan memantulkannya, dan orang yang lain akan menerimanya, dan memantulkannya kembali, untuk diterima orang yang lain lagi, yang juga akan memantulkannya. Demikian seterusnya, layaknya suatu reaksi nuklir berantai, dari orang yang satu ke yang lain, tanpa henti. Allah SWT akan mengaruniakan seperti itu nanti. [yaitu, pada masa Imam Mahdi ‘alayhissalam, red.].

Cita rasa itu, yang Allah karuniakan pada Sayyidina Muhammad sallalLahu ‘alayhi wasallam tak dapat dibayangkan sama sekali. Sebagaimana kalian tak dapat membayangkan Keagungan Allah SWT. Bagaimana pun kalian berusaha memikirkannya, maka Allah SWT tetap Lebih Agung (daripada yang kalian pikirkan, red.). Artinya, apa pun yang kalian pernah bayangkan atau renungkan mengenai pengetahuan yang dimiliki Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam, maka apa yang diberikan Allah SWT bagi beliau, jauh lebih besar dari itu. Setiap ‘saat’ Ia SWT memberikan (bagi beliau). Allah SWT berfirman, “Kullu yawmin Huwa fii sya’nin” “”Setiap saat ada suatu tajalli atau manifestasi/ penampakan yang baru”, dari manifestasi- manifestasi Nama-Nama Indah itu [Al-Asmaul Husna]. Jadi, saat penampakan-penampak an ini terjadi, lebih banyak lagi yang berdatangan. Artinya, sesuai dengan Keagungan Allah SWT, tak suatu apa pun dapat kalian batasi. Selalu berkembang. Dan semua pengetahuan ini selalu berkembang dalam diri Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam, dan dari Nabi kepada Awliyaullah.

Di manakah pengetahuan ini? Mengapa Awliyaulah tidak membicarakannya sekarang?
Tak ada lagi bahasa ruhaniah yang diajarkan kepada para murid. Sangat dibatasi. Karena itulah Mawlana Syaikh Nazim, semoga Allah mengaruniakan bagi beliau umur panjang, berkata bahwa Allah SWT memerintahkan pada Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam untuk memerintahkan Mahdi ‘alayhissalam, untuk mengambil kekuatan dari setiap Wali, dan mengambilnya ke tangan beliau, untuk menjaga kekuatan itu berada pada tangan beliau. Karena tak ada lagi para pengganti untuk Awliyaullah yang kini tengah berwafatan. Pada saat ini, Mawlana Syaikh Nazim berkata, bahwa hampir sebagian besar Para Syuyukh Tariqah wafat, dan Mahdi ‘alayhissalam mengambil kekuatan mereka. Hanya pada Naqshbandi, kekuatan itu belum diambil, masih berada di tangan seorang Wali Besar, Sulthanul Awliya’, Sayyidii Syaikh Muhammad Nazim ‘Adil Al-Haqqani.

Grandsyaikh berkata, bahwa rahasia tariqah itu [Naqshbandi] akan selalu hidup hingga Mahdi ‘alayhissalam, tak pernah berhenti. Dan insya Allah, kita berharap agar Mahdi ‘alayhissalam segera datang, agar kita dapat melihat apa yang Allah SWT karuniakan bagi diri kita.

Grandsyaikh berkata, bahwa yang paling penting adalah agar manusia mengetahui bahwa Allah SWT telah memerintahkan pada Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam, “Yaa Muhammad, kau bertanggung jawab. Aku tidak bertanggung jawab pada Ummah. Kau mengambil mereka dalam keadaan bersih dan suci, maka kau pun mesti mengembalikan mereka pada-Ku dalam keadaan bersih dan suci. Maka, berbicaralah pada mereka menurut apa yang dapat mereka terima.”
“Laa yukallifullahu nafsan illaa wus’ahaa”
“Allah tidak membebani seseorang lebih daripada apa yang dapat ia pikul”
“Hanya sesuai dengan apa yang dapat mereka terima, berikanlah pada mereka. Lebih dari itu, jangan kau tuntut dari mereka!”
Karena itulah kalian melihat saat ini, begitu banyak orang lari. Bahkan ketika mereka melarikan diri, Awliyaullah tetap melakukan amal mewakili diri mereka. Setiap Wali bertanggung jawab atas kelompoknya. Ia bertanggung jawab melakukan apa yang murid-murid mereka tidak lakukan. Bahkan tidak hanya murid-murid yang mengambil bay’ah secara fisik. Tapi, juga bagi mereka yang tidak mengambil bay’ah secara fisik, yang telah dibagikan bagi sang Wali itu di Hari Perjanjian, hingga Sang Wali mengetahui siapa-siapa yang menjadi pengikutnya. Ia pun mesti membersihkan mereka dan mempersembahkan mereka dalam 24 jam, dalam keadaan suci bersih, ke hadirat Sayyidina Muhammad sallalLahu ‘alayhi wasallam.

Berbahagialah! ! Dan berapa kali kami mengatakan, “Berbahagialah!”

Kita akan melanjutkan tentang ini insya Allah.

Berbahagialah, dan jangan khawatir tentang orang ini melakukan ini, orang itu melakukan itu, ada fitnah di sini, fitnah di sana . Siapa yang peduli? Tak usah pedulikan! Jangan berikan telingamu! Di mana pun terjadi fitnah. Fitnah selalu terjadi. Apakah syaitan pernah berhenti bekerja? Sebagaimana Allah SWT sebutkan dalam Quran suci, bahwa syaitan berkata, “… berikan bagiku, umur panjang. Aku ingin agar Engkau, Yaa Rabbii, memberiku umur panjang agar dapat kusesatkan mereka semua.” Allah pun menjawab, “Ya, Aku memberimu umur panjang.” Allah SWT bahkan menerima (du’a) dari Iblis. Kenapa? Apakah Allah tak mampu mengatakan, “Tidak, Aku tak mau memberimu hal itu, dan Kulempar ruhmu ke Neraka!”? Mengapa Allah memberinya hal itu? Ia SWT menerima darinya, saat ia (syetan) memohon pada-Nya. Allah menerima dari ia yang berdosa? Allah menerimanya. Karena Ia SWT ingin menaikkan derajat Ummah ini dan mengaruniakan pahala bagi Ummah ini, saat mereka membantah (bujukan) Iblis.
Jadi, Awliyaulah bertanggung jawab atas pengikut-pengikut mereka untuk membersihkan diri mereka. Jika tidak, tentu mereka akan menjadi tawanan di tangan Syaitan, dan Syaitan akan menang. Di Hari Perhitungan, ia akan berkata, “Yaa Rabbii, ooh, aku menang, aku memiliki lebih banyak dari yang Kau mesti miliki.” Grandsyaikh biasa berkata bahwa jika Iblis dapat menawan satu saja ke sisinya, itu adalah tanda kemenangannya. Karena seorang jenderal dalam suatu pertempuran tak akan membiarkan seorang pun dari pasukannya untuk jatuh ke tangan musuh. Jadi, Allah tak akan pernah membiarkan Iblis untuk menang. Apa pun yang diperbuat Iblis, akan dilemparkan Allah SWT ke mukanya.
“Wa qadimnaa ilaa maa ‘amiluu faja’alnaahaa habaa-an manthuuran”
“Kami lemparkan apa yang mereka perbuat ke muka mereka”
Yang pertama-tama adalah Iblis. Allah akan melemparkan seluruh perbuatannya, saat ia mengejar-ngejar manusia untuk menghancurkan hirup mereka, menyuruh mereka menghisap ini, atau menghisap itu, mengambil hashish, atau apa lagi? Heroine…
[Ecstasy]
Apa itu?
[Obat gaya baru]
Gaya baru? Kau pernah mencobanya? Siapa pernah mencobanya?
Semoga Allah SWT melindungi diri kita.
[Aamiiin. Insya Allah]
Karena kita adalah lemah. Kita memohon Allah untuk melindungi diri kita. Dan Allah Ta’ala melindungi orang-orang, baik laki-laki maupun perempuan yang tulus. Lihatlah, masya Allah, seluruh wanita di sini, mereka amat tulus, memakai hijab/jilbab dengan baik. Tapi, justru laki-lakinya yang tidak tertutup. Beberapa di antara mereka tidak memakai peci. Saya tidak tahu kenapa mereka hanya menekan wanita, dan tidak menekan laki-laki. Haah? Aah, kau di sini [berbicara kepada seorang saudara yang tidak mengenakan peci, red.].
Kau dengar tadi?
[Ya, saya mendengarnya]
Apa yang saya baru katakan?
[Mengapa hanya menekan wanita]
Iya ‘ kan ?
Mengapa hanya memberikan tekanan pada wanita dan tidak pada pria? Pria pun mesti memakai turban. Tapi, kalian tidak memakai turban supaya kalian bisa pergi ke disco.
[Hahaha]

Wa min Allah at-Tawfiq.
Semoga Allah mengampuni diri kita.
Bihurmatil Fatihah!

PENCERAHAN NABI MUHAMMAD SAW DI SIDRATUL MUNTAHA


Tujuan utama perjalanan Isra Mi’raj adalah menghadap Allah Subhaanahu Wataala di suatu tempat di dekat Pohon Sidratul Muntaha, di atas langit ketujuh yang berdekatan dengan Surga. Dituturkan dalam Al Qur’an Surat Al Najm (53:18), di sanalah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam menyaksikan sebagian tanda-tanda kebesaran Tuhan.
Muhammad Asad, seorang mufasir Al Qur’an mengungkapkan bahwa Pohon Sidratul Muntaha memiliki makna simbolik. Pohon ini dikenal juga dengan pohon lotus (pohon teratai, bidara atau seroja, yang penuh duri dan biasa terdapat di padang pasir). Sejak zaman Mesir kuno, pohon ini dianggap lambang kebijaksanaan (wisdom). Dengan kata lain, Sidratul Muntaha ialah lambang kebijaksanaan tertinggi dan terakhir, yang tentunya hanya dapat dicapai oleh manusia pilihan, seperti Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam.
Makna simbolik lainnya yaitu kerindangan dan keteduhan yang melambangkan kedamaian dan ketenangan. Jika Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam telah sampai ke Sidratul Muntaha, berarti beliau mencapai tingkat kedamaian, ketenangan dan kemantapan yang tinggi
Dalam Kitab Suci juga diterangkan bahwa Sidratul Muntaha berdekatan dengan Surga, negeri kedamaian (Darussalam). Dengan demikian, untuk mencapai Surga tentunya harus berada dalam tahap kebijaksanaan, ketenangan dan kemantapan yang tinggi pula.
Sebelum memperoleh kehormatan menuju Sidratul Muntaha, di Masjidil Haram, Malaikat Jibril dan Malaikat Mikail Alaihissalam terlebih dahulu membersihkan hati Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam dengan air zam-zam untuk melapangkan dadanya.
Inilah awal pencerahan spiritual yaitu membersihkan penyakit hati yang biasa diderita manusia dan mengisinya dengan hikmah, ilmu dan iman.
Setelah itu, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam sempat 3 kali berhenti. Pertama, di Madinah untuk melaksanakan shalat sunat. Dalam riwayat lain, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam sempat pula melihat rombongan kafilah yang sedang mencari seekor untanya yang hilang. Beliau pun membantu menunjukkan tempat unta tersebut.
Ini merupakan pencerahan sosial Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam saat Isra Mi’raj.
Kedua, melaksanakan shalat di bukit Tursina, suatu tempat dimana Nabi Musa Alaihissalam mendapat 10 perintah Tuhan.
Ketiga, shalat di Yerussalem, tempat Nabi Isa Alaihissalam dilahirkan.
Terakhir Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam berhenti di Baitul Maqdis. Disini beliau melaksanakan shalat sunat di Masjidil Aqsha. Setelah itu, tampaklah sebuah jalan menuju ke langit dan Beliau melaluinya.
Tiba di Sidratul Muntaha, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam bertemu Tuhan Yang Maha Besar dan mendapat perintah melaksanakan shalat wajib 5 kali sehari.
Lantas, apakah makna dibalik peristiwa Isra Mi’raj ini?
Manusia yang ingin menggapai kesuksesan dalam menjalani kehidupan ini, maka langkah awalnya adalah:
Pertama, membersihkan seluruh penyakit hati seperti, iri, dengki, hasad, dll. Apabila manusia sudah benar-benar bersih dari segala penyakit hati atau setidaknya berupaya sekuat tenaga ke arah itu, maka tercermin dalam perilaku kesehariannya.
Kedua, mulailah pencerahan spiritual dengan melaksanakan ibadah sesuai syariat. Pencerahan spiritual ini tidak mudah, beragam rintangan menghadang, terutama akibat kesibukan duniawi, kemalasan badan dan kemalasan berpikir. Tetapi apabila ikhlas disertai tanggung jawab tinggi dalam memegang syariat, tentu akan dapat dijalankan dengan baik.
Selanjutnya melakukan pencerahan sosial yaitu:
Pertama, dimulai dari keluarga terdekat seperti suami, istri, anak, mertua, menantu, ipar, dll. Jadilah figur berperilaku baik, agar keluarga terdekat bisa menerima saran dan nasehat yang diberikan. Kalau tidak ada contoh dari diri sendiri, mustahil mereka akan mengikutinya. Contoh yang diberikan bukan sekadar perilaku baik, melainkan juga bagaimana cara memenuhi kebutuhan hidup seperti sandang dan pangan.
Karena itu, etos kerja yang tinggi harus menyertai pencerahan sosial. Meski harus diakui, lahan nafkah seringkali tidak memenuhi harapan yang diinginkan. Sementara kebutuhan hidup tinggi, pendapatan tidak seberapa. Inilah ujian terberat yang harus dihadapi seseorang yang ingin berhasil dalam menuju kesuksesan. Disinilah ketangguhan seseorang diuji dalam menghadapi setiap cobaan.
Dalam kaitan ini, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam memberi contoh kepada umatnya melalui hijrah. Karenanya, etos kerja harus bersifat dinamis atau tidak terpaku di suatu tempat tertentu saja. Hijrah mencari penghidupan yang lebih baik dan tidak bersikap pasif di suatu tempat tertentu. Tidak menyerah kepada keadaan dimana dirinya berada.
Apabila mau berhijrah, maka Tuhan menjanjikan kemudahan, keleluasaan dan kelapangan hidup. Sebagaimana Firman Allah SWT: “Dan barang siapa berhijrah (berpindah) maka dia akan mendapatkan banyak perlindungan di bumi (selain tempatnya sendiri) dan keleluasaan.” (Q.S; 4:100). Atau : ”Sampaikanlah: “wahai hamba-hamba-KU yang beriman. Berbaktilah kamu untuk mereka yang berbuat baik di dunia ini. Dan bumi Allah itu luas….” (Q.S: 39:10). Bukankah dimanapun kamu berada disitu bumi Tuhan yang sama?
Berhijrah atau merantau ke suatu tempat yang sekiranya mendatangkan rezeki menjadi suatu keharusan, seandainya tempat menetap (domisili) tidak memungkinkan untuk meningkatkan harkat dan martabatnya. Dianjurkan untuk menjelajahi bumi dan melihat kemungkinan yang ada di luar tempat kita sendiri
Daripada diam terpaku dirumah, lebih baik melanglang buana ke Negara seberang.
Meskipun demikian, harus disadari apabila tercapai kesuksesan, maka kesuksesan yang diraih itu tidaklah dinilai dari melimpahnya pencapaian materi, kedudukan tinggi atau terpenuhinya hawa nafsu. Melainkan bagaiamana menjaga diri dan seluruh keluarga kita dari tempat terburuk, yaitu siksa api neraka. Ku anfusakum wa ahlikum naaron. Mengapa begitu?
Karena tidak ada artinya materi melimpah sedangkan ada diantara anggota keluarga kita yang berjalan dalam arah yang menyimpang dari syariat agama. Sebagaimana sekarang ini banyak terjadi.
Secara ekonomi, orang tua berhasil dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. Tetapi secara moral, anaknya justru berperilaku buruk. Bukankah hal semacam ini hanya akan merepotkan orangtuanya di dunia ini? Apalagi di akhirat kelak.
Inilah sesungguhnya makna hakiki dari kesuksesan hidup yaitu menjaga diri dan keluarga dari jalan yang diridhoi Tuhan. Dengan kata lain, tidak ada penilaian kesuksesan atau pencapaian materi yang diperoleh, popularitas atau kedudukan yang dipegang.
Kedua, melihat lingkungan sekitar, seperti tetangga. Terutama mereka yang masih dibelit dengan persoalan duniawi. Perlu mengetahui masyarakat sekitar, apakah masih dalam kemiskinan, ketidakadilan atau kebodohan?
Andaikata dijumpai hal seperti itu, tugas utamanya memberantasnya dengan harta dan tenaga, meski sekaedar kemampuannya. Beramal, infaq, sodaqah dan zakat menjadi bagian yang harus dilakukan.
Tugas ini tentunya tidaklah mudah. Dalam peristiwa Isra Mi’raj, pencerahan sosial Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam dicontohkan saat menunjukkan letak unta milik para kafilah yang hilang.
Pada akhirnya, pencerahan sosial akan membentuk kesalehan sosial, yaitu kepedulian yang tinggi terhadap sesama manusia, terutama terhadap fakir miskin dan anak-anak yatim. Sedangkan, pencerahan spiritual membentuk kesalehan pribadi yang tercermin dalam perilaku akhlak keseharian yang baik dan teguh dalam memegang syariat agama.
Kehidupan merupakan bagian dari upaya manusia untuk menuju kesuksesan, yang harus dilakukan dengan penuh kebijaksanaan, ketenangan dan kemantapan iman yang tinggi.
Apabila berhasil dalam melakukan dua pencerahan ini, Tuhan Yang Maha Besar sudah menjanjikan kepada umat manusia berupa Surga di dunia yaitu kebahagiaan, kedamaian dan jiwa yang tenang (nafs muthmainnah) dalam mengarungi kehidupan.
Kemudian dijanjikan Surga di akhirat kelak. Setelah merasa senang berada di kediaman abadi, selanjutnya manusia mendapat kesempatan untuk memandang wajah Tuhan di Sidratul Muntaha, sebagaimana pernah dialami Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam. Inilah puncak kebahagiaan tertinggi manusia.
Harus dipahami, bahwa dalam menggapai keberhasilan tidak dibutuhkan penonton. Kita semua adalah pelaku.

Menggapai Langit Dengan Bahan Bakar Dzikir



Rosulullah Saw mengatakan bahwa seharusnya kalian berkata kepada masyarakat umum sesuatu yang dapat dimengerti oleh mereka. Jika mereka tidak dapat mengerti, maka apa yang kamu katakan adalah Kesia-siaan. Kemubaziran adalah teman syetan. Haji Ismail menanyakan pada saya tentang Ruh (Soul), dan meminta saya untuk menjawab dengan sesuatu yang mudah dimengerti dan mudah diingat. Ini juga berarti sebuah pertanyaan pengetahuan ((As suaatu nisful ilm). Jika seseorang tidak mengetahui sesuatu, seseorang tidak akan membuat pertanyaan tentang suatu hal. Jika seseorang ingin memiliki pengetahuan tentang sesuatu hal, dia harus sudah memiliki pengetahuan dasar tentang hal tersebut dan kemudian bisa membuat pertanyaan tentang hal tersebut untuk menjadikan pengetahuannya meningkat menjadi sebagai sebuah keyakinan/kepastian (knowledge of certainity). Ada banyak tingkatan dalam kepastian/keyakinan. Jangan berfikir bahwa kalian akan mencapai "Keyakinan yang Sempurna" hanya dalam satu langkah. Kalian bisa menggapai "Keyakinan Sempurna" secara gradual, setahap demi setahap.

Suatu ketika seorang Muadzin melakukan panggilan sholat dan meneriakkan "Allahu Akbar", Mansoor al-Hallaj (Semoga Allah Memberkatinya) berteriak "Oh pembohong". Masyarakat yang mendengar menangkapnya dan membawanya ke pengadilan dan melaporkan kepada hakim bahwa dia (Mansoor al-Hallaj) meneriaki muadzin sebagai pembohong ketika sang muadzin meneriakkan "Allahu Akbar". Al-Hallaj menjawab, " Ya..., saya panggil dia seorang pembohong". Hakim berkata, " Apa maksudmu ?, bagaimana kamu tahu kalau dia seorang pembohong". Mansoor al-Hallaj menjawab, " Datanglah padaku, kalian semua yang ada disini". Mereka semua mengikutinya menuju suatu tempat pandai besi dimana ada sebuah besi besar disana. Al-Hallaj kemudian berdiri diatas besi tersebut dan berteriak "Allahu Akbar". Besi tersebut mulai mencair dan mengalir seprti air, kemudian al-Hallaj berkata, "Jika dia dengan sungguh2 meneriakkannya (Takbir), menara masjid itu akan runtuh, karena itu saya panggil dia seorang pembohong. Dia tidak mengucapkannya dengan Keyakinan/Certainty, Jika dia melakukannya dengan keyakinan, segala sesuatu yang tidak hidup akan mengerti dan akan mencair seperti air.

Karena itu Keyakinan (Certainty) adalah sangat penting bagi orang2 yang beriman. Kalian tidak akan mencapai keyakinan dengan hanya melalui membaca buku. Saat ini begitu banyak orang pinter/ulama/scholar dan begitu banyak Doktor hasil dari buku2 (Doctors of letters) melebihi era-era sebelumnya, tetapi tidak ada Keyakinan dalam pengetahuan/ilmu2 mereka. Mereka tahu hanya melalui lidah mereka tetapi tidak dari hati mereka. Sedangkan Keyakinan itu melalui hati dan membuat seseorang akan terus berproses memperbaiki dirinya untuk menggapai stasiun-statiun langit. Jika tidak ada keyakinan tingkatan kalian akan selalu di level bawah.

Terkait perihal "Ruh", ini adalah sebuah samudera rahasia. Kalian tidak bisa memasukkan rahasia samudera ke dalam segelas cangkir. Bahkan jika kalian mencoba melakukannya, itu akan sia-sia. Ya..., kapasitas kita memang terbatas. Hanya setetes kecil saja dari samudera itu akan mencukupi untuk dibagikan kepada semua manusia, bahkan mungkin berlebih. Selama ini ruh terpenjara dengan tubuh fisik kita, walaupun hanya sedikit telah memberikan banyak hal pada manusia. Hanya dengan setetes kecil, dapat diterima dan terbagi pada setiap orang. Dari setetes kecil itu telah membuat kalian bisa melihat, mendengar, mencium, mengecap, berbicara, menyentuh, memegang, berjalan, merasakan dan akhirnya dapat memahami. Bagaimana itu terjadi kalian bisa melihat, mendengar, mencium, merasakan, berbicara dan memahami? Kalian bisa mengangkat tangan dan menurunkannya kembali, kalian bisa menangkap sesuatu tetapi tidak tahu bagaimana itu terjadi. Kalian berjalan, tetapi tidak tahu bagaimana kalian dapat berjalan.

Lihatlah dalam dirimu, dan kalian akan menemukan keseimbangan yang sempurna. Ada 360 organ (inner and outer) yang masing2 memiliki fungsinya sendiri2. Ketika salah satu dari mereka bekerja, itu tidak akan mencegah yang lainnya untuk bekerja. Bagaimana mungkin bagi kalian untuk mengerti perihal "Ruh" melebihi ini ? Mungkin ketika Ruh kalian meninggalkan tubuh kalian dan kembali, mungkin kalian akan mengetahui batasan2 lautan tanpa akhir itu.

Kalian akan mendapatkan banyak dan banyak lagi kebahagiaan yang tanpa akhir. Semakin banyak kalian menggapainya, semakin banyak yang kalian inginkan yang tidak akan pernah putus. Namun demikian, kalian akan selalu merasa puas ketika kalian meminta lebih. Kalian akan selalu merasa haus, tetapi bukanlah kehausan seperti yang sering kalian alami selama ini. Ini adalah sebuah kehausan dengan kepuasan. Ini adalah kesenangan tanpa akhir untuk manusia, yang akan di berikan terus-menerus (tanpa akhir).

Kalian saat ini tidak sedang dalam keadaan haus atau lapar, tetapi kalian sedang merasa "haus dan lapar" untuk mengetahui samudera-samudera rahasia. Ini bukanlah rasa lapar atau haus yang menyakitkan. Ini adalah sebuah rasa haus yang menyenangkan. Sepertihalnya orang yang sedang jatuh cinta, dan cintanya semakin meningkat dan terus bertambah. Selama cintanya meningkat, meningkat pula kesenangannya dan ini tidak menyakitkan baginya. Semakin meningkat, semakin banyak permintaannya. Ini sama dengan jiwa kita yang terus meminta dan meminta lebih bagi dirinya dari samudera rahasia. Ya....,untuk menggapai lebih dan lebih dari samudera ke samudera, dan menuju samudera tak bertepi. Ini akan terjadi selamanya bagi jiwa kita.

Penjelasan ini begitu singkat. Tetapi saya kira pengertian kita akan ruh ini adalah berharga meskipun masih sedikit. Kita berharap, semoga pengetahuan dan pengertian kita akan ruh terus berubah dan bertambah, sepanjang kita terus memperbaiki Dzikr kita. Karena melalui Dzikr akan membimbing kita kepada samudera rahasia.

Jika seseorang ingin terbang melintasi awan, dia harus menggunakan pesawat. Dia tidak akan dapat terbang dengan sendirinya, tetapi dia harus menggunakan alat Bantu (Benda mati), seperti pesawat. Ini adalah kekurangan manusia, karena ia bergantung pada benda mati untuk terbang. Dia seharusnya bisa melakukannya dengan dirinya sendiri. Jiwa kita memiliki kekuatan tidak hanya untuk terbang melintasi awan, tetapi juga melintasi angkasa bahkan luar angkasa. Tidak hanya untuk menggapai alamat semesta, tetapi juga untuk menggapai sisi luar dari semesta. Kita memiliki kekuatan Jet, Mesin Jet, tetapi kita tidak memberikan bahan baker pada mesin jet kita. Karena itu kita hanya bisa berlari di atas permukaan bumi. Apakah bahan bakarnya ? Bahan bakarnya adalah Zikr. Syetan saat ini berusaha mencegah masyarakat untuk melakukan Zikr. Masyarakat mengatakan bahwa Zikr adalah sesuatu yang baru (Bid'ah / Innovation) dan karena itu mereka tidak mau ber-Zikr. Zikr adalah bahan baker bagi "Ruh" untuk terbang melintasi angkasa, untuk terbang melintasi semesta, dan untuk menggapai surga-surga. Kalian tidak akan dapat menggapainya dengan cara lain, kecuali dengan Zikr.

Bihurmati Habib..Al-Fatihah....

Diambil dari sheikhnazim.com